Selasa, 22 November 2016

SHOCK (SYOK)





Pengertian Syok 

Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok). 

Syok merupakan kondisi medis yang mengancam nyawa, yang terjadi ketika tubuh tidak mendapat cukup aliran darah sehingga tidak tercukupinya kebutuhan aerobik seluler atau tidak tercukupinya oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh sehinggga dapat menyebabkan hipoperfusi jarngan secara global dan meyebabkan asidosis metabolik. Keadaan ini membutuhkan penanganan yang cepat karena dapet berkmbang / memburuk dengan cepat.Syok dapat terjadi meskipun tekanan darah normal dan hipotensi dapat terjadi tanpa terjadinya hipoperfusi.

Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang fisiologi keadaan syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak cukupnya pengiriman oksigen ke jaringan.

Sirkulasi darah berguna untuk mengantarkan oksigen dan zat-zat lain ke seluruh tubuh serta membuang zat-zat sisa yang sudah tidak diperlukan.Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan terapi yang agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit terapi intensif.

Syok adalah sutu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis (Toni Ashadi, 2006). Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan system sirkulasi yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi  dan oksigenasi jaringan. Jaringan akan kehilangan oksigen dan bisa cedera.

Tanda khas (typical sign) syok adalah menurunnya tekanan darah, meningkatnya denyut jantung, tanda gangguan perfusi pada organ akhir, dan dekompensasi (peripheral shut-down), seperti menurunnya urin output, menurunnya kesadaran, dll.

Klasifikasi

Syok dapat diglongkan menjadi 5 klasifikasi, meliputi :

·         Syock hipovolemik.

Syok hipovolemik merupakan kondisi ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang kurang. Kurangnya pasokan darah ini umumnya dipicu oleh pendarahan yang terbagi menjadi dua, yaitu pendarahan luar (akibat cedera atau luka benda tajam) dan pendarahan dalam (akibat infeksi pada saluran pencernaan).

Darah mengandung oksigen dan zat penting lainnya yang dibutuhkan oleh organ dan jaringan tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. Bila pendarahan hebat terjadi, otomatis pasokan darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang secara drastis dan organ tidak mendapat pergantian zat-zat yang dibutuhkan tadi secara cepat. Keadaan inilah yang disebut syok hipovolemik dengan gejala utama berupa penurunan tekanan darah dan suhu tubuh. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara tepat dan cepat.

Selain pendarahan, kekurangan banyak cairan (misalnya akibat diare, muntah-muntah, keringat berlebihan, dan luka bakar) juga dapat memicu penurunan jumlah darah yang diedarkan di dalam tubuh.

1.      Gejala Syok Hipovolemik.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, gejala utama syok hipovolemik adalah penurunan tekanan darah dan suhu tubuh secara drastis. Selain itu ada beberapa gejala lainnya yang menyertai kondisi ini, di antaranya:

a.       Kulit tampak pucat.
b.      Badan lemas.
c.       Keluar keringat secara berlebihan.
d.      Tampak bingung dan gelisah.
e.       Nyeri dada.
f.       Pusing.
g.      Napas dangkal dengan deru cepat.
h.      Denyut nadi lemah.
i.        Jantung berdetak cepat.
j.        Bibir dan kuku tampak biru.
k.      Output urine turun atau tidak ada sama sekali.
l.        Hilang kesadaran.

Tingkat keparahan gejala syok hipovolemik ditentukan oleh seberapa cepat dan seberapa banyak volume darah atau cairan berkurang dari tubuh kita. Penyakit-penyakit lain, seperti gangguan jantung, ginjal, paru-paru, dan penyakit diabetes juga bisa berdampak kepada tingkat keparahan kondisi ini.

Makin tinggi tingkat keparahan syok hipovolemik, makin tinggi pula bahaya atau komplikasi yang bisa ditimbulkannya, mulai dari matinya jaringan (gangren) pada lengan atau kaki yang pada beberapa kasus perlu ditangani dengan amputasi, kerusakan ginjal, kerusakan otak, kerusakan jantung, bahkan kematian.

2.      Diagnosis Syok Hipovolemik.

Jika Anda mengalami pendarahan hebat atau merasakan gejala-gejala syok hipovolemik, segera hubungi ambulans atau minta orang-orang di sekitar untuk membawa Anda ke rumah sakit karena kondisi ini berpotensi fatal apabila tidak segera ditangani. Begitu pula sebaliknya, lakukan hal sama jika Anda melihat orang lain mengalami pendarahan hebat atau tanda-tanda syok hipovolemik.

Pada umumnya, pasien yang mengalami syok hipovolemik akan sulit merespons pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dokter. Meski begitu, diagnosis syok hipovolemik pada seorang pasien dapat dilakukan secara sederhana oleh dokter dengan mengecek apakah tekanan darah dan suhu.

Beberapa pemeriksaan khusus bisa dilakukan dokter untuk membantu menegakkan diagnosis dan menilai kondisi pasien. Beberapa pemeriksaan tersebut di antaranya:

a.       Pemeriksaan darah lengkap.
b.      Pemeriksaan fungsi dan struktur jantung dengan menggunakan gelombang suara (ekokardiogram).
c.       Pemindaian (X-ray, USG, dan CT scan).
d.      Pemeriksaan saluran pencernaan dengan endoskopi atau kolonoskopi.
e.       Pemeriksaan sejumlah zat kimia pada darah untuk menilai fungsi ginjal dan menilai apakah ada kerusakan pada otot jantung.

3.      Penanganan Sementara pada Syok Hipovolemik.

Meskipun Anda bukan seorang dokter yang dapat mendiagnosis syok hipovolemik secara pasti, namun Anda masih bisa memberikan pertolongan sementara apabila melihat orang lain mengalami gejala-gejalanya, terlebih lagi jika terdapat pendarahan hebat (pendarahan luar) akibat kecelakaan maupun tindak kriminal. Yang bisa Anda lakukan selagi menunggu kedatangan pertolongan medis adalah:

a.       Jangan memberikan cairan apa pun ke dalam mulut penderita (misalnya memberi minum).

b.      Buat suhu tubuh penderita tetap hangat untuk mencegah hipotermia (misalnya memberikan selimut), serta jaga agar dia tetap nyaman.

c.       Jika pada bagian kepala, kaki, leher, atau punggung penderita diduga mengalami cedera, jangan ubah posisinya.


d.      Tekan titik pendarahan dengan menggunakan kain atau handuk untuk meminimalkan volume darah yang terbuang atau bila perlu ikatkan kain atau handuk tersebut.

e.      Apabila ditemukan masih ada benda tajam (pecahan kaca atau pisau) yang menancap di tubuh penderita, jangan mencabutnya.

f.        Usahakan agar penderita tetap berbaring dengan posisi kaki ditinggikan (diberi penyangga setinggi kira-kira 30 sentimeter) untuk meningkatkan peredaran darah. Begitu pula pada saat memindahkan penderita ke dalam ambulans, usahakan posisi ini tetap sama.

g.       Pada kasus cedera di leher atau kepala, beri penyangga khusus terlebih dahulu pada bagian tersebut sebelum memindahkan penderita ke dalam ambulans.

4.      Pengobatan Syok Hipovolemik.

Apabila seorang pasien positif terdiagnosis syok hipovolemik, biasanya dokter akan langsung memberikan transfusi untuk mengganti darah atau cairan yang terbuang. Sedangkan untuk meningkatkan volume darah dari jantung serta meningkatkan tekanan darah, dokter dapat memberikan obat dopamine, norepinephrine, epinephrine, dan dobutamine.

Pada kasus syok hipovolemik yang disebabkan oleh pendarahan dalam, penanganan pada penyakit atau kondisi yang mendasari terjadinya pendarahan dalam tersebut juga perlu dilakukan

·         Syok Kardiogenik.

Shock kardiogenik adalah suatu kondisi di mana jantung tiba-tiba melemah dan tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini merupakan keadaan darurat medis dan fatal jika tidak segera diobati.

Penyebab paling umum dari shock kardiogenik adalah kerusakan pada otot jantung dari serangan jantung parah. Namun, tidak semua orang yang memiliki serangan jantung memiliki shock kardiogenik. Bahkan, rata-rata, hanya sekitar 7 persen orang yang mengalami serangan jantung mengalami kondisi ini.

Jika shock kardiogenik benar terjadi, itu sangat berbahaya. Saat seseorang meninggal karena serangan jantung di rumah sakit, shock kardiogenik merupakan penyebab paling umum kematian.

1.      Penyebab Syok Kardiogenik

Penyebab paling umum adalah komplikasi jantung yang serius. Banyak dari ini terjadi selama atau setelah serangan jantung (myocardial infarction). Komplikasi ini meliputi:

a.     Suatu bagian besar dari otot jantung yang tidak lagi bergerak dengan baik atau tidak bergerak sama sekali.
b.     Terbukanya (pecahnya) otot jantung karena kerusakan akibat serangan jantung.
c. Irama jantung berbahaya, seperti ventricular tachycardia, ventricular fibrillation, or supraventricular tachycardia.
d.  Tekanan pada jantung karena bertambahnya cairan di sekitarnya (pericardial tamponade).
e.   Robek atau pecahnya otot atau tendon yang mendukung katup jantung, terutama katup mitral.
f.    Robek atau pecahnya dinding (septum) antara ventrikel kiri dan kanan (bilik jantung lebih rendah).
g.     Irama jantung sangat lambat (bradycardia) atau masalah dengan sistem listrik jantung (heart block).

2.      Tanda-tanda dan gejala Syok Kardiogenik.

a.       Nyeri dada atau tekanan.
b.      Koma.
c.       Urinasi berkurang.
d.      Pernapasan cepat.
e.       Denyut cepat.
f.       Berkeringat parah.
g.      Kepeningan.
h.      Hilangnya kewaspadaan dan kemampuan untuk berkonsentrasi.
i.        Gelisah, agitasi, kebingungan.
j.        Sesak napas.
k.      Kulit yang terasa dingin saat disentuh.
l.        Warna kulit pucat.
m.    Denyut lemah.

Karena shock kardiogenik biasanya terjadi pada orang yang mengalami serangan jantung yang parah, sangat penting untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala serangan jantung.

3.      Pengobatan Syok Kardiogenik.

Anda mungkin perlu obat-obatan untuk meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan fungsi jantung, termasuk:

a.       Dobutamin.
b.      Dopamin.
c.       Epinefrin.
d.      Levosimendan.
e.       Milrinone.
f.       Norepinefrin.

Obat-obatan ini dapat membantu dalam jangka pendek. Mereka biasanya tidak digunakan untuk waktu yang lama.

Ketika gangguan irama jantung (dysrhythmia) serius, perawatan segera mungkin diperlukan untuk mengembalikan irama jantung normal.

·         Syok Anafilaktik.

Syok anafilaktik atau anafilaksis adalah reaksi alergi yang tergolong berat karena dapat mengancam nyawa penderitanya. Reaksi alergi ini dapat berkembang dengan cepat. Kondisi ini diawali dengan gejala-gejala umum, seperti mual, muntah, dan rasa sakit di daerah perut.

Syok anafilaktik umumnya muncul dalam beberapa menit setelah penderita terpapar oleh alergen, namun juga dapat muncul setelah beberapa jam sehingga penyebab berikut gejalanya perlu dikenali.

1.      Penyebab Syok Anafilaktik.

Alergen adalah apa pun benda yang menjadi penyebab terjadinya syok anafilaktik. Reaksi alergi berlebih ini adalah bagaimana sistem imun tubuh merespons zat-zat yang dianggap berbahaya oleh tubuh secara alamiah. Beberapa alergen yang dapat memicu reaksi syok anafilaktik di antaranya:

a.       Makanan, seperti hidangan laut, telur, susu, atau buah-buahan.
b.      Sengatan serangga, seperti lebah atau tawon.
c.       Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, kacang mede, kacang almond, dan lain-lain.
d.      Obat-obatan tertentu, seperti antibiotic.
e.       Lain-lain, seperti karet lateks.

Penderita penyakit asma atau orang yang memiliki kelainan kulit menahun, seperti atopik dermatitis, lebih berisiko terkena syok anafilaktik. Terdapat juga kasus anafilaktik idiopati, yaitu reaksi alergi yang tidak dapat diketahui penyebabnya.

2.      Gejala Syok Anafilaktik.

Saat tubuh terpapar alergen, sistem imun tubuh Anda akan mengeluarkan berbagai zat kimia, seperti histamin. Inilah yang menyebabkan munculnya reaksi syok anafilaktik. Gejala syok anafilaktik lain yang patut diperhatikan selain yang sudah disebutkan di atas adalah:

a.       Ruam merah pada kulit.
b.      Bentol yang gatal.
c.       Pembengkakan pada mata, bibir, tangan, dan kaki.
d.      Pembengkakan pada mulut, lidah, atau tenggorokan.
e.       Pusing atau pingsan.
f.       Mengi.

3.       Diagnosis dan klasifikasi Syok Anafilaktik.

Syok anafilaktik memiliki beberapa klasifikasi yang terbagi berdasarkan alergen, reaksi yang ditimbulkan, serta periode munculnya reaksi alergi. Tiga klasifikasi utama syok anafilaktik adalah:

a.       Syok anafilaktik yang berhubungan dengan sistem vasodilatasi. Reaksi ini menyebabkan rendahnya tekanan darah hingga 30 persen dari batas bawah tekanan darah normal penderitanya.

b.      Anafilaktik bifasik adalah reaksi alergi yang muncul kembali setelah reaksi alergi pertama muncul pada penderita tanpa melalui paparan dari alergen. Reaksi kedua umumnya muncul dalam periode waktu 72 jam setelah reaksi pertama.

c.       Pseudo anafilaktik atau reaksi anafilaktoid atau nonimun anafilaktik adalah jenis anafilaksis yang tidak melibatkan reaksi alergi melainkan degranulasi pada sel mast penghasil zat kimia seperti histamin.

Diagnosis syok anafilaktik diperoleh berdasarkan gejala dan riwayat alergi pada penderitanya. Dokter juga akan melakukan beberapa tes alergi pada penderita sebelum menentukan diagnosis syok anafilaktik. Beberapa tes yang mungkin dilakukan adalah tes alergi pada kulit dengan menggunakan alat uji tempel, menyerupai sebuah koyo, untuk mengetahui jenis alergen penyebab reaksi alergi. 

Alat uji tempel umumnya digunakan untuk mengetahui jenis makanan, racun, dan antibiotik apa yang menimbulkan reaksi alergi.

Pemeriksaan alergi juga bisa dilakukan dengan cara tes darah.

4.      Pengobatan Syok Anafilaktik.

Salah satu pengobatan yang diberikan pada pasien syok anafilaktik adalah suntikan adrenalin. Suntikan adrenalin harus segera diberikan jika reaksi alergi disertai gejala seperti kesulitan bernapas dan kehilangan kesadaran. Pastikan untuk memindahkan sumber alergi, seperti sengat lebah, sebelum memberikan pertolongan lanjutan kepada penderita. Alat suntik hendaknya didiamkan selama 5-10 detik setelah suntikan adrenalin diberikan. Berikan dosis suntikan adrenalin kedua jika kondisi pasien tidak tampak membaik setelah 5-10 menit pertama. Pelajari dan baca instruksi pemberian suntikan adrenalin sebagai tindakan pertolongan pertama sebelum memberikan tindakan. Suntikan adrenalin dapat membantu mengurangi pembengkakan, melancarkan saluran udara sehingga memudahkan pernapasan, serta meningkatkan tekanan darah pasien. Pada pasien dengan henti nafas dan henti jantung, petugas kesehatan akan melakukan resusitasi jantung paru (CPR).

Beberapa posisi juga dapat diterapkan untuk membantu meningkatkan kondisi pasien paska pemberian suntikan adrenalin. Posisi telentang dengan kaki terangkat dapat membantu melancarkan aliran darah ke kepala dan jantung. Pada perempuan hamil, pasien dapat berbaring dengan bertumpu pada tubuh bagian kiri untuk menjaga kelancaran aliran darah. Segera hubungi rumah sakit setelah suntikan adrenalin diberikan untuk mendapatkan penanganan medis selanjutnya.

Obat-obatan seperti kortikosteroid dan antihistamin dapat diberikan setelah pasien menyelesaikan perawatan di rumah sakit untuk mengurangi serta mencegah kembalinya gejala syok anafilaktik. Pasien juga dapat diberikan suntikan adrenalin sebagai tindakan pengamanan darurat selama menjadi pasien rawat jalan pasca perawatan.

5.      Pencegahan Syok Anafilaktik.

Syok anafilaktik dapat berujung kepada kematian yang disebabkan oleh terhentinya detak jantung dan pernapasan. Pengenalan gejala dan mempelajari tindakan pencegahan dapat membantu pasien terhindar dari risiko kematian akibat syok anafilaktik. Kenali alergen Anda dengan melakukan tes alergi di rumah sakit atau klinik terdekat. Buat dan bawalah selalu obat-obatan serta catatan kecil berisi daftar alergen Anda dan apa yang harus dilakukan oleh orang di sekitar Anda, termasuk dokter Anda, jika serangan syok anafilaktik terjadi. Selalu perbarui persediaan obat-obatan Anda agar terhindar dari kekurangan obat saat situasi darurat terjadi.

Hindari juga makanan atau pemicu alergi lain yang dapat menimbulkan reaksi alergi dengan cara membaca label keterangan pada kemasan makanan, menggunakan losion antiserangga, dan mengonsumsi antibiotik jenis lain yang tidak menyebabkan alergi.


·         Syok Septik.

Terjadinya syok Keptik diawali dengan adanya infeksi pada darah yang menyebar ke seluruh tubuh. Penyebab yang sering meliputi peritonitis, pyelonefritis. Dengan adanya infeksi tersebut tubuh melakukan respon dengan terlepasnya mediator inflamasi seperti il-1, TNF, PGE2, NO, dan leukotriene yang menyebabkan berbagai kejadian berikut :

a.       Relaksasi vascular.
b.      Meningkatnya permeabilitas endotel (sehingga menyebabkan defisit volume intravaskular).
c.       Menurunya kontraktilitas jantung.

Karakteristik tanda dan gejala dari syok septik adalah demam tinggi, vasodilatasi, meningkatanya / Cardiac Output tetap normal akibat vasodilatasi dan laju metabolime yang meningkat, serta adanya DIC yang menyebabkan pendarahan terutama di saluran cerna.

Syok septik sering terjadi pada:

a.       Bayi baru lahir.
b.      Usia di atas 50 tahun.
c.       Penderita gangguan sistem kekebalan.

1.      Penyebab Syok Septik

Syok septik terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri tertentu dan akibat sitokinesis (zat yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk melawan suatu infeksi). Racun yang dilepaskan oleh bakteri bisa menyebabkan kerusakan jaringan dan gangguan peredaran darah.

Faktor resiko terjadinya syok septik:

a.       Penyakit menahun (kencing manis, kanker darah, saluran kemih-kelamin, hati, kandung empedu, usus).
b.      Infeksi.
c.       Pemakaian antibiotik jangka panjang.
d.      Tindakan medis atau pembedahan.

2.      Gejala.

Pertanda awal dari syok septik sering berupa penurunan kesiagaan mental dan kebingungan yang timbul dalam waktu 24 jam atau lebih sebelum tekanan darah turun. Gejala ini terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak. Curahan darah dari jantung memang meningkat, tetapi pembuluh darah melebar sehingga tekanan darah turun. Pernapasan menjadi cepat sehingga paru-paru mengeluarkan karbondioksida yang berlebihan dan kadarnya di dalam darah menurun.

Gejala awal berupa menggigil hebat, suhu tubuh yang naik sangat cepat, kulit hangat dan kemerahan, denyut nadi yang lemah dan tekanan darah yang turun-naik. Produksi air kemih berkurang meskipun curahan darah dari jantung meningkat. Pada stadium lanjut, suhu tubuh sering turun sampai di bawah normal.

Bila syok memburuk, beberapa organ mengalami kegagalan:

a.       Ginjal : produksi air kemih berkurang.
b.      Paru-paru : gangguan pernapasan dan penurunan kadar oksigen dalam darah.
c.       Jantung : penimbunan cairan dan pembengkakan.

Bisa timbul bekuan darah di dalam pembuluh darah.

3.      Diagnosa.

Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang banyak atau sedikit dan jumlah faktor pembekuan yang menurun. Jika terjadi gagal ginjal, kadar hasil buangan metabolik (seperti urea nitrogen) dalam darah akan meningkat. Analisa gas darah menunjukkan adanya asidosis dan rendahnya konsentrasi oksigen.

Pemeriksaan EKG jantung menunjukkan ketidakteraturan irama jantung, menunjukkan suplai darah yang tidak memadai ke otot jantung. Biakan darah dibuat untuk menentukan bakteri penyebab infeksi.

4.      Pengobatan.

Pada saat gejala syok septik timbul, penderita segera dimasukkan ke ruang perawatan intesif untuk menjalani pengobatan. Cairan dalam jumlah banyak diberikan melalui infus untuk menaikkan tekanan darah dan harus diawasi dengan ketat. Bisa diberikan dopamin atau nor-epinefrin untuk menciutkan pembuluh darah sehingga tekanan darah naik dan aliran darah ke otak dan jantung meningkat.

Jika terjadi gagal paru-paru, mungkin diperlukan ventilator mekanik. Antibiotik intravena (melalui pembuluh darah) diberikan dalam dosis tinggi untuk membunuh bakteri. Jika ada abses, dilakukan pembuangan nanah. Jika terpasang kateter yang mungkin menjadi penyebab infeksi harus dilepaskan. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat jaringan yang mati, misalnya jaringan gangren dari
usus.

·         Syok Neurogenik.

Syok adalah sindroma klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat organ-organ vital tubuh. Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan perfusi oksigen dan zat gizi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya kematian penderita (Boswick John. A, 1997, hal 44).

Syok neurogenik disebabkan oleh kerusakan alur simpatik di spinal cord. Alur system saraf simpatik keluar dari torakal vertebrae pada daerah T6. Kondisi pasien dengan syok neurogenik : Nadi normal, tekanan darah rendah , keadaan kulit hangat, normal, lembab Kerusakan alur simpatik dapat menyebabkan perubahan fungsi autonom normal (elaine cole, 2009):

a.       Kehilangan tonus vasomotor.

Sistem saraf simpatik membantu mengontrol tonus otot pada pembuluh darah (vasomotor tone) pada ekstremitas bawah dan  viscera abdominal. Jika tonus vasomotor hilang karena kerusakan alur simpatik, pembuluh darah akan tidak dapat berkontraksi sehingga terjadi vasodilatasi. Hal ini akan menyebabkan penumpukan darah dan terjadi hipotensi.

b.      Kehilangan inervasi simpatik.

Sistem saraf simpatik membantu inervasi jantung, penyebab takikardi sebagai respon terjadinya hemoragik, ketakutan atau nyeri. Pada syok neurogenik, sudah terjadi kerusakan pada alur simpatik, oleh karena itu jika pasien mengalami perdarahan, tidak akan terjadi takikardi.

Syok hipovolemik banyak mempunyai kesamaan dengan syok neurogenik. Jika pasien mengalami  hipotensi, lebih besar kemungkinan pasien mengalami syok hipovolemik (elaine cole, 2009)

Syok neuro genik disebabkan oleh cideranya medula spinalis terutama pada segment thoracolumbal, sehingga menebabkan hilangnya tonus simpatis. Hal ini menyebabkan hilangnya tonus vasomotor, bradikardi, hipotensi. Biasanya pasien tampak sadar namun hangat dan kering akibat hipotensi.


1.      Penyebab Syok Neurogenik.

Beberapa kondisi dapat menyebabkan syok neurogenik dengan terlambatnya stimulasi simpatik/meningkatnya stimulasi parasimpatik, diantaranya :

a.       Trauma tulang belakang (spinal).
b.      Cedera kepala.
c.       Nyeri yang hebat.
d.      Anestesi total / spinal.

2.      Gejala Syok Neurogenik.

Gejala awal syok neurogenik antara lain sbb :

a.       Hipotensi (tekanan darah menurun).
b.      Pernafasan normal sampai dengan sulit bernafas.
c.       Tekanan nadi melambat.
d.      Pengisian kapiler normal.
e.       Kulit kering , hangat, serta berwarna merah muda.
f.       Gelisah.
g.      Oliguria
h.      Anuria.

Patofisiologi

Syok merupakan kondisi terganggunya perfusi jaringan. Terdapat beebrapa faktor yan mempengaruhi perfusi jaringan, yaitu :

·         Cardial.

Cardiac Output -> volume darah yang dipompakan oleh jantung baik ventrikel kiri maupun ventrikel kanan dalam interval 1 menit. Cardiac Output dapat dihitung dengan rumus Stroke Volume x Heart rate. Sehingga cardiac output dipengaruhi oleh stroke volume dan denyut jantung (Heart Rate )dalam satu menit. Perfusi jaringan dipengaruhi oleh cardiac output, sebagai contoh apabila Cardiac output menurun yang disebabkan oleh aritmia, atau AMI (Acute Myocard Infact) maka volume darah yang dipompa menuju seluruh tubuh pun akan menurun sehingga jaringan di seluruh tubuh pun mengalami hipoperfusi.

·         Vascular.

Perubahan Resistensi Vaskular. Tonus vaskular diregulasi oleh :

a.      Aktivitas tonus simpatis.
b.      Kotekolamin sistemik -> berperan dalam sistem saraf simpatis.
c.      Myogenic faktor -> berperan dalam menjaga aliran darah agar tetap konstan ketika terjadi berbagai macam faktor yang mempengaruhi perfusi.
d.      Substansi yang berperan sebagai vasodilator.
e.      Endothelial NO.

·         Humoral.

Renin, vasopressin, prostaglandin, kinin, atrial natriuretic factor. Faktor - faktor yang mempengaruhi dalam mikrosirkulasi yaitu:

a.       Adanya adhesi platelet dan leukosit pada lesi intravaskuler.
b.      Koagulasi intravaskuler.
c.       Adanya konstriksi pada pembuluh darah prekapiler dan post kapiler.
d.      Hipoksia -> vasodilatasi artriola -> venokonstriksi -> Kehilangan cairan intravaskuler.
e.      Meningkatnya permeabilitas intrakapiler -> edema jaringan.

Patogenesis dari syok => biasanya terjadi akibat penurunan Cardiac Output / Cardic Output yang tidak adekuat. Penurunan cardiac output disebabkan oleh adanya anormalitas pada jantung sendiri maupun akibat menurunnya venous return. Abnormalitas yang terjadi pada jantung akan menyebabkan menurunnya kemampuan jantung untuk memompa darah secara adekuat.Beberapa abnormalitas jantung diantaranya MI, aritmia, dll. Sedangkan  beberapa penyebab menurunnya venous return diantaranya, menurunya volume darah, menurunnya tonus vasomotor, terjadi obstruksi pada beberapa tempat pada sirkulasi.

Tahapan Patofisiologi

Terdapat 4 stage perkembangan shock yang berlangsung secara progresif dan berkelanjutan, yaitu:

·         Inisial.

Selama tahap ini, terjadi keadaan hipoperfusi yang menyebabkan kurangnya/ tidak cukupnya oksigen untuk memberikan suplai terhadap kebutuhan metabolisme seluler. Keadaan hipoksia ini menyebabkan, terjadinya fermentasi asam laktat pada sel. Hal ini terjadi karena ketika tidak adanya oksigen, maka proses masuknya piruvat pada siklus kreb menjadi menurun, sehingga terjadi penimbunan piruvat. Piruvat tersebut akan diubah menjadi laktat oleh laktat dehidrogenase sehingga terjadi penimbunan laktat yang menyebabkan keadaan asidosis laktat.

·         Kompensatori.

Pada tahap ini tubuh menjalani mekanisme fisiologis untuk mengembalikan kepada kondisi normal, meliputi neural, humoral, dan bio kimia. Asidosis yang terjadi dalam tubuh dikompensasi dengan keadaan hiperventilasi dengan tujuan untuk mengeluarkan CO2 dari dalam tubuh, karena secara tidak langsung CO2 berperan dalam keseimbangan asam basa dengan cara mengasamkan ata menurunkan pH dalam darah. Dengan demikian ketika CO2 dikeluarkan melalui hiperventilasi dapat menaikkan pH darah didalam tubuh sehingga mengkompensasi asidosis yang terjadi.

Pada syok juga terjadi hipotensi yang kemudian pada ambang batas tertentu dideteksi oleh barosreseptor yang kemudian tubuh merespon dengan menghasilkan norepinefrin dan epnefrin. Norepinefrin berperan dalam vasokonstriksi pembuluh darah namun memberikan efek yang ringan pada peningkatan denyut jantung. Sedangkan epinefrin memberikan efek secara dominan pada peningkatan denyut jantung dan memberikan efek yang ringan terhadap asokonstriksi pembuluh darah. Dengan demikian kombinasi efek keduanya dapat berdampak terhadap peningkatan tekanan darah. Selain dilepaskan norepinefrin dan epinefrin, RAA (renin angiotensi aldosteron) juga teraktivasi dan terjadi juga pelepasan hormon vasopressor atau ADH (anti diuretic hormon) yang berperan untuk meningkatkan tekanan darah dan mempertahankan cairan didalam tubuh dengan cara menurunkan urine output.

·         Progresif.

Ketika shock tidak berhasil ditangani dengan baik, maka syok akan mengalami tahap progresif dan mekanisme kompensasi mulai  mengalai kegagalan. Pada stadium ini, Asidosis metabolik semakin prah, otot polos pada pembuluh darah mengalami relaksasi sehingga terjadi penimbunan darah dalam pembuluh darah. Ha ini mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatik dikombinasikan dengan lepas nya histamin yang mengakibatkan bocornya cairan ke dalam jaringan sekitar. Hal ini mengakibatkan konsentrasi dan viscositas darah menjadi meningkat dan dapat terjadi penyumbatan dala aliran darah sehingga berakibat terjadinya kematian banyak jaringan. Jika organ pencernaan juga mengalami nekrosis, dapat menyebabkan masuknya bakteri kedalam aliran darah yang kemudian dapat memperparah komplikasi yaitu syok endotoxic.

·         Refraktori.

Pada stadium ini terjadi kegagalan organ untuk berfungsi dan shock menjadi ireversibel. Kematian otak dan seluler pun berlangsung. Syok menjadi irevesibel karena ATP sudah banyak didegradasi menjadi adenosin ketika terjadi kekurangan oksigen dalam sel. Adenosin yang terbentuk mudah keluar dari sel dan menyebabkan vasodilatasi kapiler. Adenosin selanjutnya di transformasi menjadi asam urat yang kemudian di eksresi ginjal. Pada tahap ini, pemberian oksigen menjadi sia- sia karena sudah tidak ada adenosin yang dapat difosforilasi menjadi ATP.

Pengobatan Syok

Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki sedikit dinaikkan untuk mempermudah kembalinya darah ke jantung. Setiap perdarahan segera dihentikan dan pernapasan penderita diperiksa. Jika muntah, kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya muntahan. Jangan diberikan apapun melalui mulut.

Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernapasan mekanis. Obat-obatan diberikan secara intravena. Obat bius (narkotik), obat tidur, dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena cenderung menurunkan tekanan darah. Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah. Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok jika perdarahan atau hilangnya cairan terlus berlanjut atau jika syok disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan lainnya yang tidak berhubungan dengan volume darah.

Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang mengkerutkan pembuluh darah. Pemberian obat ini dilakukan sesingkat mungkin karena bisa mengurangi aliran darah ke jaringan. Jika penyebabnya adalah aksi pompa jantung yang tidak memadai, dilakukan usaha untuk memperbaiki kinerja jantung. Kelainan denyut dan irama jantung diperbaiki dan volume darah ditingkatkan (bila perlu). Untuk memperlambat denyut jantung bisa diberikan atropin. Obat lainnya bisa diberikan untuk memperbaiki kemampuan kontraski otot jantung.

Pada serangan jantung, bisa dimasukkan pompa balon ke dalam aorta yang untuk sementara waktu bisa meredakan syok. Sesudah prosedur ini, mungkin perlu dilakukan operasi bypass arteri koroner atau pembedahan untuk memperbaiki kelainan jantung.

Pada beberapa kasus yang terjadi setelah serangan jantung, untuk memperbaiki aksi pompa jantung yang tidak memadai dan untuk memperbaiki syok, dilakukan angioplasi koroner transluminal perkutaneus darurat guna membuka arteri yang tersumbat. Jika tindakan tersebut tidak dilakukan, diberikan obat trombolitik sesegera mungkin.

Syok yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah yang berlebihan diatasi terutama dengan obat-obat yang mengkerutkan pembuluh darah.

Proknosis

Jika tidak diobati, biasanya berakibat fatal. Jika diobati, hasilnya tergantung kepada penyebabnya, jarak antara timbulnya syok sampai dilakukannya pengobatan serta jenis pengobatan yang diberikan. Kemungkinan terjadinya kematian pada syok karena serangan jantung atau syok septik pada penderita usia lanjut sangat tinggi.

Pencegahan

Mencegah syok lebih mudah daripada mencoba mengobatinya. Pengobatan yang tepat terhadap penyebabnya bisa mengurangi resiko terjadinya syok.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar