Pengertian
Syok
Syok adalah kondisi hilangnya volume
darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak
adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi
kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok. Seseorang
dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya syok. Penyebab syok
harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik syok).
Syok merupakan kondisi medis yang
mengancam nyawa, yang terjadi ketika tubuh tidak mendapat cukup aliran darah
sehingga tidak tercukupinya kebutuhan aerobik seluler atau tidak tercukupinya
oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh sehinggga dapat menyebabkan
hipoperfusi jarngan secara global dan meyebabkan asidosis metabolik. Keadaan
ini membutuhkan penanganan yang cepat karena dapet berkmbang / memburuk dengan
cepat.Syok dapat terjadi meskipun tekanan darah normal dan hipotensi dapat
terjadi tanpa terjadinya hipoperfusi.
Syok adalah suatu sindrom klinis
akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi
jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis.
Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc Clelland tentang fisiologi keadaan syok dan
homeostasis, syok adalah keadaan tidak cukupnya pengiriman oksigen ke jaringan.
Sirkulasi darah berguna untuk
mengantarkan oksigen dan zat-zat lain ke seluruh tubuh serta membuang zat-zat
sisa yang sudah tidak diperlukan.Syok merupakan keadaan gawat yang membutuhkan
terapi yang agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di unit
terapi intensif.
Syok adalah sutu sindrom klinis
kegagalan akut fungsi sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi
jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis
(Toni Ashadi, 2006). Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan system sirkulasi
yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan.
Jaringan akan kehilangan oksigen dan bisa cedera.
Tanda khas (typical sign) syok
adalah menurunnya tekanan darah, meningkatnya denyut jantung, tanda gangguan
perfusi pada organ akhir, dan dekompensasi (peripheral shut-down), seperti
menurunnya urin output, menurunnya kesadaran, dll.
Klasifikasi
Syok
dapat diglongkan menjadi 5 klasifikasi, meliputi :
·
Syock
hipovolemik.
Syok hipovolemik merupakan kondisi
ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume
darah yang kurang. Kurangnya pasokan darah ini umumnya dipicu oleh pendarahan
yang terbagi menjadi dua, yaitu pendarahan luar (akibat cedera atau luka benda
tajam) dan pendarahan dalam (akibat infeksi pada saluran pencernaan).
Darah mengandung oksigen dan zat penting
lainnya yang dibutuhkan oleh organ dan jaringan tubuh agar bisa berfungsi
dengan baik. Bila pendarahan hebat terjadi, otomatis pasokan darah yang dipompa
oleh jantung akan berkurang secara drastis dan organ tidak mendapat pergantian
zat-zat yang dibutuhkan tadi secara cepat. Keadaan inilah yang disebut syok
hipovolemik dengan gejala utama berupa penurunan tekanan darah dan suhu tubuh.
Kondisi ini berpotensi menyebabkan kematian apabila tidak ditangani secara
tepat dan cepat.
Selain pendarahan, kekurangan banyak
cairan (misalnya akibat diare, muntah-muntah, keringat berlebihan, dan luka
bakar) juga dapat memicu penurunan jumlah darah yang diedarkan di dalam tubuh.
1.
Gejala
Syok Hipovolemik.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas,
gejala utama syok hipovolemik adalah penurunan tekanan darah dan suhu tubuh secara
drastis. Selain itu ada beberapa gejala lainnya yang menyertai kondisi ini, di
antaranya:
a.
Kulit
tampak pucat.
b.
Badan
lemas.
c.
Keluar
keringat secara berlebihan.
d.
Tampak
bingung dan gelisah.
e.
Nyeri
dada.
f.
Pusing.
g.
Napas
dangkal dengan deru cepat.
h.
Denyut
nadi lemah.
i.
Jantung
berdetak cepat.
j.
Bibir
dan kuku tampak biru.
k.
Output
urine turun atau tidak ada sama sekali.
l.
Hilang
kesadaran.
Tingkat keparahan gejala syok
hipovolemik ditentukan oleh seberapa cepat dan seberapa banyak volume darah
atau cairan berkurang dari tubuh kita. Penyakit-penyakit lain, seperti gangguan
jantung, ginjal, paru-paru, dan penyakit diabetes juga bisa berdampak kepada
tingkat keparahan kondisi ini.
Makin tinggi tingkat keparahan syok hipovolemik, makin
tinggi pula bahaya atau komplikasi yang bisa ditimbulkannya, mulai dari matinya
jaringan (gangren) pada lengan atau kaki yang pada beberapa kasus perlu
ditangani dengan amputasi, kerusakan ginjal, kerusakan otak, kerusakan jantung,
bahkan kematian.
2.
Diagnosis
Syok Hipovolemik.
Jika Anda mengalami pendarahan hebat
atau merasakan gejala-gejala syok hipovolemik, segera hubungi ambulans atau
minta orang-orang di sekitar untuk membawa Anda ke rumah sakit karena kondisi
ini berpotensi fatal apabila tidak segera ditangani. Begitu pula sebaliknya,
lakukan hal sama jika Anda melihat orang lain mengalami pendarahan hebat atau
tanda-tanda syok hipovolemik.
Pada umumnya, pasien yang mengalami syok hipovolemik akan
sulit merespons pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dokter. Meski begitu,
diagnosis syok hipovolemik pada seorang pasien dapat dilakukan secara sederhana
oleh dokter dengan mengecek apakah tekanan darah dan suhu.
Beberapa pemeriksaan khusus bisa dilakukan dokter untuk
membantu menegakkan diagnosis dan menilai kondisi pasien. Beberapa pemeriksaan
tersebut di antaranya:
a.
Pemeriksaan
darah lengkap.
b.
Pemeriksaan
fungsi dan struktur jantung dengan menggunakan gelombang suara (ekokardiogram).
c.
Pemindaian
(X-ray, USG, dan CT scan).
d.
Pemeriksaan
saluran pencernaan dengan endoskopi atau kolonoskopi.
e.
Pemeriksaan
sejumlah zat kimia pada darah untuk menilai fungsi ginjal dan menilai apakah
ada kerusakan pada otot jantung.
3.
Penanganan
Sementara pada Syok Hipovolemik.
Meskipun Anda bukan seorang dokter yang
dapat mendiagnosis syok hipovolemik secara pasti, namun Anda masih bisa
memberikan pertolongan sementara apabila melihat orang lain mengalami
gejala-gejalanya, terlebih lagi jika terdapat pendarahan hebat (pendarahan
luar) akibat kecelakaan maupun tindak kriminal. Yang bisa Anda lakukan selagi
menunggu kedatangan pertolongan medis adalah:
a.
Jangan
memberikan cairan apa pun ke dalam mulut penderita (misalnya memberi minum).
b.
Buat
suhu tubuh penderita tetap hangat untuk mencegah hipotermia (misalnya
memberikan selimut), serta jaga agar dia tetap nyaman.
c.
Jika
pada bagian kepala, kaki, leher, atau punggung penderita diduga mengalami
cedera, jangan ubah posisinya.
d.
Tekan
titik pendarahan dengan menggunakan kain atau handuk untuk meminimalkan volume
darah yang terbuang atau bila perlu ikatkan kain atau handuk tersebut.
e.
Apabila
ditemukan masih ada benda tajam (pecahan kaca atau pisau) yang menancap di
tubuh penderita, jangan mencabutnya.
f.
Usahakan
agar penderita tetap berbaring dengan posisi kaki ditinggikan (diberi penyangga
setinggi kira-kira 30 sentimeter) untuk meningkatkan peredaran darah. Begitu
pula pada saat memindahkan penderita ke dalam ambulans, usahakan posisi ini
tetap sama.
g.
Pada
kasus cedera di leher atau kepala, beri penyangga khusus terlebih dahulu pada
bagian tersebut sebelum memindahkan penderita ke dalam ambulans.
4.
Pengobatan
Syok Hipovolemik.
Apabila seorang pasien positif
terdiagnosis syok hipovolemik, biasanya dokter akan langsung memberikan
transfusi untuk mengganti darah atau cairan yang terbuang. Sedangkan untuk
meningkatkan volume darah dari jantung serta meningkatkan tekanan darah, dokter
dapat memberikan obat dopamine, norepinephrine, epinephrine, dan dobutamine.
Pada kasus syok hipovolemik yang disebabkan oleh pendarahan
dalam, penanganan pada penyakit atau kondisi yang mendasari terjadinya
pendarahan dalam tersebut juga perlu dilakukan
·
Syok Kardiogenik.
Shock kardiogenik adalah suatu kondisi
di mana jantung tiba-tiba melemah dan tidak dapat memompa cukup darah untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini merupakan keadaan darurat medis dan fatal
jika tidak segera diobati.
Penyebab paling umum dari shock
kardiogenik adalah kerusakan pada otot jantung dari serangan jantung parah.
Namun, tidak semua orang yang memiliki serangan jantung memiliki shock
kardiogenik. Bahkan, rata-rata, hanya sekitar 7 persen orang yang mengalami
serangan jantung mengalami kondisi ini.
Jika shock kardiogenik benar terjadi,
itu sangat berbahaya. Saat seseorang meninggal karena serangan jantung di rumah
sakit, shock kardiogenik merupakan penyebab paling umum kematian.
1. Penyebab Syok Kardiogenik
Penyebab paling umum adalah komplikasi
jantung yang serius. Banyak dari ini terjadi selama atau setelah serangan
jantung (myocardial infarction). Komplikasi ini meliputi:
a. Suatu bagian
besar dari otot jantung yang tidak lagi bergerak dengan baik atau tidak
bergerak sama sekali.
b. Terbukanya
(pecahnya) otot jantung karena kerusakan akibat serangan jantung.
c. Irama jantung berbahaya, seperti ventricular
tachycardia, ventricular fibrillation, or supraventricular
tachycardia.
d. Tekanan pada
jantung karena bertambahnya cairan di sekitarnya (pericardial tamponade).
e. Robek atau
pecahnya otot atau tendon yang mendukung katup jantung, terutama katup mitral.
f. Robek atau
pecahnya dinding (septum) antara ventrikel kiri dan kanan (bilik jantung lebih
rendah).
g. Irama jantung
sangat lambat (bradycardia) atau masalah dengan sistem listrik jantung
(heart block).
2.
Tanda-tanda
dan gejala Syok Kardiogenik.
a.
Nyeri
dada atau tekanan.
b.
Koma.
c.
Urinasi
berkurang.
d.
Pernapasan
cepat.
e.
Denyut
cepat.
f.
Berkeringat
parah.
g.
Kepeningan.
h.
Hilangnya
kewaspadaan dan kemampuan untuk berkonsentrasi.
i.
Gelisah,
agitasi, kebingungan.
j.
Sesak
napas.
k.
Kulit
yang terasa dingin saat disentuh.
l.
Warna
kulit pucat.
m.
Denyut
lemah.
Karena shock kardiogenik biasanya
terjadi pada orang yang mengalami serangan jantung yang parah, sangat penting
untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala serangan jantung.
3.
Pengobatan
Syok Kardiogenik.
Anda mungkin perlu obat-obatan untuk
meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan fungsi jantung, termasuk:
a.
Dobutamin.
b.
Dopamin.
c.
Epinefrin.
d.
Levosimendan.
e.
Milrinone.
f.
Norepinefrin.
Obat-obatan ini dapat membantu dalam jangka
pendek. Mereka biasanya tidak digunakan untuk waktu yang lama.
Ketika gangguan irama jantung (dysrhythmia)
serius, perawatan segera mungkin diperlukan untuk mengembalikan irama jantung
normal.
·
Syok Anafilaktik.
Syok
anafilaktik atau anafilaksis adalah reaksi alergi yang tergolong berat karena
dapat mengancam nyawa penderitanya. Reaksi alergi ini dapat berkembang dengan
cepat. Kondisi ini diawali dengan gejala-gejala umum, seperti mual, muntah, dan
rasa sakit di daerah perut.
Syok
anafilaktik umumnya muncul dalam beberapa menit setelah penderita terpapar oleh
alergen, namun juga dapat muncul setelah beberapa jam sehingga penyebab berikut
gejalanya perlu dikenali.
1.
Penyebab
Syok Anafilaktik.
Alergen
adalah apa pun benda yang menjadi penyebab terjadinya syok anafilaktik. Reaksi
alergi berlebih ini adalah bagaimana sistem imun tubuh merespons zat-zat yang
dianggap berbahaya oleh tubuh secara alamiah. Beberapa alergen yang dapat
memicu reaksi syok anafilaktik di antaranya:
a.
Makanan,
seperti hidangan laut, telur, susu, atau buah-buahan.
b.
Sengatan
serangga, seperti lebah atau tawon.
c.
Kacang-kacangan,
seperti kacang tanah, kacang mede, kacang almond, dan lain-lain.
d.
Obat-obatan
tertentu, seperti antibiotic.
e.
Lain-lain,
seperti karet lateks.
Penderita
penyakit asma atau orang yang memiliki kelainan kulit menahun, seperti atopik
dermatitis, lebih berisiko terkena syok anafilaktik. Terdapat juga kasus
anafilaktik idiopati, yaitu reaksi alergi yang tidak dapat diketahui
penyebabnya.
2.
Gejala
Syok Anafilaktik.
Saat
tubuh terpapar alergen, sistem imun tubuh Anda akan mengeluarkan berbagai zat
kimia, seperti histamin. Inilah yang menyebabkan munculnya reaksi syok
anafilaktik. Gejala syok anafilaktik lain yang patut diperhatikan selain yang
sudah disebutkan di atas adalah:
a.
Ruam
merah pada kulit.
b.
Bentol
yang gatal.
c.
Pembengkakan
pada mata, bibir, tangan, dan kaki.
d.
Pembengkakan
pada mulut, lidah, atau tenggorokan.
e.
Pusing
atau pingsan.
f.
Mengi.
3.
Diagnosis
dan klasifikasi Syok Anafilaktik.
Syok
anafilaktik memiliki beberapa klasifikasi yang terbagi berdasarkan alergen,
reaksi yang ditimbulkan, serta periode munculnya reaksi alergi. Tiga
klasifikasi utama syok anafilaktik adalah:
a. Syok
anafilaktik yang berhubungan dengan sistem vasodilatasi. Reaksi ini menyebabkan
rendahnya tekanan darah hingga 30 persen dari batas bawah tekanan darah normal
penderitanya.
b. Anafilaktik
bifasik adalah reaksi alergi yang muncul kembali setelah reaksi alergi pertama
muncul pada penderita tanpa melalui paparan dari alergen. Reaksi kedua umumnya
muncul dalam periode waktu 72 jam setelah reaksi pertama.
c. Pseudo
anafilaktik atau reaksi anafilaktoid atau nonimun anafilaktik adalah jenis
anafilaksis yang tidak melibatkan reaksi alergi melainkan degranulasi pada sel
mast penghasil zat kimia seperti histamin.
Diagnosis
syok anafilaktik diperoleh berdasarkan gejala dan riwayat alergi pada
penderitanya. Dokter juga akan melakukan beberapa tes alergi pada penderita
sebelum menentukan diagnosis syok anafilaktik. Beberapa tes yang mungkin
dilakukan adalah tes alergi pada kulit dengan menggunakan alat uji tempel,
menyerupai sebuah koyo, untuk mengetahui jenis alergen penyebab reaksi alergi.
Alat uji tempel umumnya digunakan untuk mengetahui jenis makanan, racun, dan
antibiotik apa yang menimbulkan reaksi alergi.
Pemeriksaan
alergi juga bisa dilakukan dengan cara tes darah.
4. Pengobatan
Syok Anafilaktik.
Salah satu pengobatan yang diberikan
pada pasien syok anafilaktik adalah suntikan adrenalin. Suntikan adrenalin
harus segera diberikan jika reaksi alergi disertai gejala seperti kesulitan
bernapas dan kehilangan kesadaran. Pastikan untuk memindahkan sumber alergi,
seperti sengat lebah, sebelum memberikan pertolongan lanjutan kepada penderita.
Alat suntik hendaknya didiamkan selama 5-10 detik setelah suntikan adrenalin
diberikan. Berikan dosis suntikan adrenalin kedua jika kondisi pasien tidak
tampak membaik setelah 5-10 menit pertama. Pelajari dan baca instruksi
pemberian suntikan adrenalin sebagai tindakan pertolongan pertama sebelum
memberikan tindakan. Suntikan adrenalin dapat membantu mengurangi pembengkakan,
melancarkan saluran udara sehingga memudahkan pernapasan, serta meningkatkan
tekanan darah pasien. Pada pasien dengan henti nafas dan henti jantung, petugas
kesehatan akan melakukan resusitasi jantung paru (CPR).
Beberapa posisi juga dapat diterapkan untuk membantu
meningkatkan kondisi pasien paska pemberian suntikan adrenalin. Posisi
telentang dengan kaki terangkat dapat membantu melancarkan aliran darah ke
kepala dan jantung. Pada perempuan hamil, pasien dapat berbaring dengan
bertumpu pada tubuh bagian kiri untuk menjaga kelancaran aliran darah. Segera
hubungi rumah sakit setelah suntikan adrenalin diberikan untuk mendapatkan
penanganan medis selanjutnya.
Obat-obatan seperti kortikosteroid dan antihistamin dapat
diberikan setelah pasien menyelesaikan perawatan di rumah sakit untuk
mengurangi serta mencegah kembalinya gejala syok anafilaktik. Pasien juga dapat
diberikan suntikan adrenalin sebagai tindakan pengamanan darurat selama menjadi
pasien rawat jalan pasca perawatan.
5. Pencegahan
Syok Anafilaktik.
Syok anafilaktik dapat berujung
kepada kematian yang disebabkan oleh terhentinya detak jantung dan pernapasan.
Pengenalan gejala dan mempelajari tindakan pencegahan dapat membantu pasien
terhindar dari risiko kematian akibat syok anafilaktik. Kenali alergen Anda
dengan melakukan tes alergi di rumah sakit atau klinik terdekat. Buat dan
bawalah selalu obat-obatan serta catatan kecil berisi daftar alergen Anda dan
apa yang harus dilakukan oleh orang di sekitar Anda, termasuk dokter Anda, jika
serangan syok anafilaktik terjadi. Selalu perbarui persediaan obat-obatan Anda
agar terhindar dari kekurangan obat saat situasi darurat terjadi.
Hindari juga makanan atau pemicu alergi lain yang dapat
menimbulkan reaksi alergi dengan cara membaca label keterangan pada kemasan
makanan, menggunakan losion antiserangga, dan mengonsumsi antibiotik jenis lain
yang tidak menyebabkan alergi.
·
Syok Septik.
Terjadinya
syok Keptik diawali dengan adanya infeksi pada darah yang menyebar ke seluruh
tubuh. Penyebab yang sering meliputi peritonitis, pyelonefritis. Dengan adanya
infeksi tersebut tubuh melakukan respon dengan terlepasnya mediator inflamasi
seperti il-1, TNF, PGE2, NO, dan leukotriene yang menyebabkan berbagai kejadian
berikut :
a.
Relaksasi
vascular.
b.
Meningkatnya
permeabilitas endotel (sehingga menyebabkan defisit volume intravaskular).
c.
Menurunya
kontraktilitas jantung.
Karakteristik
tanda dan gejala dari syok septik adalah demam tinggi, vasodilatasi,
meningkatanya / Cardiac Output tetap normal akibat vasodilatasi dan laju
metabolime yang meningkat, serta adanya DIC yang menyebabkan pendarahan
terutama di saluran cerna.
Syok
septik sering terjadi pada:
a.
Bayi
baru lahir.
b.
Usia
di atas 50 tahun.
c.
Penderita
gangguan sistem kekebalan.
1.
Penyebab Syok Septik
Syok
septik terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh bakteri tertentu dan akibat
sitokinesis (zat yang dibuat oleh sistem kekebalan untuk melawan suatu
infeksi). Racun yang dilepaskan oleh bakteri bisa menyebabkan kerusakan
jaringan dan gangguan peredaran darah.
Faktor resiko terjadinya syok septik:
Faktor resiko terjadinya syok septik:
a.
Penyakit
menahun (kencing manis, kanker darah, saluran kemih-kelamin, hati, kandung
empedu, usus).
b.
Infeksi.
c.
Pemakaian
antibiotik jangka panjang.
d.
Tindakan
medis atau pembedahan.
2.
Gejala.
Pertanda
awal dari syok septik sering berupa penurunan kesiagaan mental dan kebingungan
yang timbul dalam waktu 24 jam atau lebih sebelum tekanan darah turun. Gejala
ini terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke otak. Curahan darah dari
jantung memang meningkat, tetapi pembuluh darah melebar sehingga tekanan darah
turun. Pernapasan menjadi cepat sehingga paru-paru mengeluarkan karbondioksida
yang berlebihan dan kadarnya di dalam darah menurun.
Gejala awal berupa menggigil hebat, suhu tubuh yang naik sangat cepat, kulit hangat dan kemerahan, denyut nadi yang lemah dan tekanan darah yang turun-naik. Produksi air kemih berkurang meskipun curahan darah dari jantung meningkat. Pada stadium lanjut, suhu tubuh sering turun sampai di bawah normal.
Bila syok memburuk, beberapa organ mengalami kegagalan:
Gejala awal berupa menggigil hebat, suhu tubuh yang naik sangat cepat, kulit hangat dan kemerahan, denyut nadi yang lemah dan tekanan darah yang turun-naik. Produksi air kemih berkurang meskipun curahan darah dari jantung meningkat. Pada stadium lanjut, suhu tubuh sering turun sampai di bawah normal.
Bila syok memburuk, beberapa organ mengalami kegagalan:
a.
Ginjal
: produksi air kemih berkurang.
b.
Paru-paru
: gangguan pernapasan dan penurunan kadar oksigen dalam darah.
c.
Jantung
: penimbunan cairan dan pembengkakan.
Bisa
timbul bekuan darah di dalam pembuluh darah.
3.
Diagnosa.
Pemeriksaan
darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang banyak atau sedikit dan jumlah
faktor pembekuan yang menurun. Jika terjadi gagal ginjal, kadar hasil buangan
metabolik (seperti urea nitrogen) dalam darah akan meningkat. Analisa gas darah
menunjukkan adanya asidosis dan rendahnya konsentrasi oksigen.
Pemeriksaan EKG jantung menunjukkan ketidakteraturan irama jantung, menunjukkan suplai darah yang tidak memadai ke otot jantung. Biakan darah dibuat untuk menentukan bakteri penyebab infeksi.
Pemeriksaan EKG jantung menunjukkan ketidakteraturan irama jantung, menunjukkan suplai darah yang tidak memadai ke otot jantung. Biakan darah dibuat untuk menentukan bakteri penyebab infeksi.
4.
Pengobatan.
Pada
saat gejala syok septik timbul, penderita segera dimasukkan ke ruang perawatan
intesif untuk menjalani pengobatan. Cairan dalam jumlah banyak diberikan
melalui infus untuk menaikkan tekanan darah dan harus diawasi dengan ketat.
Bisa diberikan dopamin atau nor-epinefrin untuk menciutkan pembuluh darah
sehingga tekanan darah naik dan aliran darah ke otak dan jantung meningkat.
Jika terjadi gagal paru-paru, mungkin diperlukan ventilator mekanik. Antibiotik intravena (melalui pembuluh darah) diberikan dalam dosis tinggi untuk membunuh bakteri. Jika ada abses, dilakukan pembuangan nanah. Jika terpasang kateter yang mungkin menjadi penyebab infeksi harus dilepaskan. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat jaringan yang mati, misalnya jaringan gangren dari usus.
Jika terjadi gagal paru-paru, mungkin diperlukan ventilator mekanik. Antibiotik intravena (melalui pembuluh darah) diberikan dalam dosis tinggi untuk membunuh bakteri. Jika ada abses, dilakukan pembuangan nanah. Jika terpasang kateter yang mungkin menjadi penyebab infeksi harus dilepaskan. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat jaringan yang mati, misalnya jaringan gangren dari usus.
·
Syok Neurogenik.
Syok adalah sindroma klinis yang
terjadi akibat gangguan hemodinamik dan metabolik yang ditandai dengan
kegagalan system sirkulasi untuk mempertahankan perfusi yang adekuat
organ-organ vital tubuh. Seseorang dikatakan syok bila terdapat ketidakcukupan
perfusi oksigen dan zat gizi ke sel- sel tubuh. Kegagalan memperbaiki perfusi
menyebabkan kematian sel yang progressif, gangguan fungsi organ dan akhirnya
kematian penderita (Boswick John. A, 1997, hal 44).
Syok neurogenik disebabkan oleh
kerusakan alur simpatik di spinal cord. Alur system saraf simpatik keluar dari
torakal vertebrae pada daerah T6. Kondisi pasien dengan syok neurogenik : Nadi
normal, tekanan darah rendah , keadaan kulit hangat, normal, lembab Kerusakan
alur simpatik dapat menyebabkan perubahan fungsi autonom normal (elaine cole,
2009):
a. Kehilangan
tonus vasomotor.
Sistem saraf simpatik membantu mengontrol tonus otot
pada pembuluh darah (vasomotor tone) pada ekstremitas bawah dan viscera
abdominal. Jika tonus vasomotor hilang karena kerusakan alur simpatik, pembuluh
darah akan tidak dapat berkontraksi sehingga terjadi vasodilatasi. Hal ini akan
menyebabkan penumpukan darah dan terjadi hipotensi.
b. Kehilangan
inervasi simpatik.
Sistem saraf
simpatik membantu inervasi jantung, penyebab takikardi sebagai respon
terjadinya hemoragik, ketakutan atau nyeri. Pada syok neurogenik, sudah terjadi
kerusakan pada alur simpatik, oleh karena itu jika pasien mengalami perdarahan,
tidak akan terjadi takikardi.
Syok hipovolemik
banyak mempunyai kesamaan dengan syok neurogenik. Jika pasien mengalami
hipotensi, lebih besar kemungkinan pasien mengalami syok hipovolemik (elaine
cole, 2009)
Syok
neuro genik disebabkan oleh cideranya medula spinalis terutama pada segment
thoracolumbal, sehingga menebabkan hilangnya tonus simpatis. Hal ini
menyebabkan hilangnya tonus vasomotor, bradikardi, hipotensi. Biasanya pasien
tampak sadar namun hangat dan kering akibat hipotensi.
1.
Penyebab
Syok Neurogenik.
Beberapa kondisi dapat menyebabkan
syok neurogenik dengan terlambatnya stimulasi simpatik/meningkatnya stimulasi
parasimpatik, diantaranya :
a.
Trauma tulang belakang (spinal).
b.
Cedera kepala.
c.
Nyeri yang hebat.
d.
Anestesi total / spinal.
2.
Gejala Syok Neurogenik.
Gejala awal syok neurogenik antara
lain sbb :
a.
Hipotensi (tekanan darah menurun).
b.
Pernafasan normal sampai dengan
sulit bernafas.
c.
Tekanan nadi melambat.
d.
Pengisian kapiler normal.
e.
Kulit kering , hangat, serta
berwarna merah muda.
f.
Gelisah.
g.
Oliguria
h.
Anuria.
Patofisiologi
Syok merupakan kondisi terganggunya perfusi
jaringan. Terdapat beebrapa faktor yan mempengaruhi perfusi jaringan,
yaitu :
·
Cardial.
Cardiac Output -> volume darah
yang dipompakan oleh jantung baik ventrikel kiri maupun ventrikel kanan dalam
interval 1 menit. Cardiac Output dapat dihitung dengan rumus Stroke Volume x
Heart rate. Sehingga cardiac output dipengaruhi oleh stroke volume dan
denyut jantung (Heart Rate )dalam satu menit. Perfusi jaringan dipengaruhi oleh
cardiac output, sebagai contoh apabila Cardiac output menurun yang disebabkan
oleh aritmia, atau AMI (Acute Myocard Infact) maka volume darah yang dipompa
menuju seluruh tubuh pun akan menurun sehingga jaringan di seluruh tubuh pun
mengalami hipoperfusi.
·
Vascular.
Perubahan
Resistensi Vaskular. Tonus vaskular diregulasi oleh :
a. Aktivitas
tonus simpatis.
b. Kotekolamin
sistemik -> berperan dalam sistem saraf simpatis.
c. Myogenic
faktor -> berperan dalam menjaga aliran darah agar tetap konstan ketika
terjadi berbagai macam faktor yang mempengaruhi perfusi.
d. Substansi
yang berperan sebagai vasodilator.
e. Endothelial
NO.
·
Humoral.
Renin,
vasopressin, prostaglandin, kinin, atrial natriuretic factor. Faktor - faktor
yang mempengaruhi dalam mikrosirkulasi yaitu:
a. Adanya
adhesi platelet dan leukosit pada lesi intravaskuler.
b. Koagulasi
intravaskuler.
c. Adanya
konstriksi pada pembuluh darah prekapiler dan post kapiler.
d. Hipoksia
-> vasodilatasi artriola -> venokonstriksi -> Kehilangan cairan
intravaskuler.
e. Meningkatnya
permeabilitas intrakapiler -> edema jaringan.
Patogenesis dari syok => biasanya terjadi akibat
penurunan Cardiac Output / Cardic Output yang tidak adekuat. Penurunan cardiac
output disebabkan oleh adanya anormalitas pada jantung sendiri maupun akibat
menurunnya venous return. Abnormalitas yang terjadi pada jantung akan
menyebabkan menurunnya kemampuan jantung untuk memompa darah secara
adekuat.Beberapa abnormalitas jantung diantaranya MI, aritmia, dll. Sedangkan
beberapa penyebab menurunnya venous return diantaranya, menurunya
volume darah, menurunnya tonus vasomotor, terjadi obstruksi pada beberapa
tempat pada sirkulasi.
Tahapan
Patofisiologi
Terdapat 4 stage perkembangan shock yang berlangsung
secara progresif dan berkelanjutan, yaitu:
·
Inisial.
Selama
tahap ini, terjadi keadaan hipoperfusi yang menyebabkan kurangnya/ tidak
cukupnya oksigen untuk memberikan suplai terhadap kebutuhan metabolisme
seluler. Keadaan hipoksia ini menyebabkan, terjadinya fermentasi asam laktat
pada sel. Hal ini terjadi karena ketika tidak adanya oksigen, maka proses
masuknya piruvat pada siklus kreb menjadi menurun, sehingga terjadi penimbunan
piruvat. Piruvat tersebut akan diubah menjadi laktat oleh laktat dehidrogenase
sehingga terjadi penimbunan laktat yang menyebabkan keadaan asidosis laktat.
·
Kompensatori.
Pada tahap ini tubuh menjalani
mekanisme fisiologis untuk mengembalikan kepada kondisi normal, meliputi
neural, humoral, dan bio kimia. Asidosis yang terjadi dalam tubuh dikompensasi
dengan keadaan hiperventilasi dengan tujuan untuk mengeluarkan CO2 dari dalam
tubuh, karena secara tidak langsung CO2 berperan dalam keseimbangan asam basa
dengan cara mengasamkan ata menurunkan pH dalam darah. Dengan demikian ketika
CO2 dikeluarkan melalui hiperventilasi dapat menaikkan pH darah didalam tubuh
sehingga mengkompensasi asidosis yang terjadi.
Pada syok juga terjadi hipotensi
yang kemudian pada ambang batas tertentu dideteksi oleh barosreseptor yang
kemudian tubuh merespon dengan menghasilkan norepinefrin dan epnefrin.
Norepinefrin berperan dalam vasokonstriksi pembuluh darah namun memberikan efek
yang ringan pada peningkatan denyut jantung. Sedangkan epinefrin memberikan
efek secara dominan pada peningkatan denyut jantung dan memberikan efek yang
ringan terhadap asokonstriksi pembuluh darah. Dengan demikian kombinasi efek
keduanya dapat berdampak terhadap peningkatan tekanan darah. Selain dilepaskan norepinefrin
dan epinefrin, RAA (renin angiotensi aldosteron) juga teraktivasi dan terjadi
juga pelepasan hormon vasopressor atau ADH (anti diuretic hormon) yang berperan
untuk meningkatkan tekanan darah dan mempertahankan cairan didalam tubuh dengan
cara menurunkan urine output.
·
Progresif.
Ketika
shock tidak berhasil ditangani dengan baik, maka syok akan mengalami tahap
progresif dan mekanisme kompensasi mulai mengalai kegagalan. Pada stadium
ini, Asidosis metabolik semakin prah, otot polos pada pembuluh darah mengalami
relaksasi sehingga terjadi penimbunan darah dalam pembuluh darah. Ha ini
mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatik dikombinasikan dengan lepas nya
histamin yang mengakibatkan bocornya cairan ke dalam jaringan sekitar. Hal ini
mengakibatkan konsentrasi dan viscositas darah menjadi meningkat dan dapat
terjadi penyumbatan dala aliran darah sehingga berakibat terjadinya kematian
banyak jaringan. Jika organ pencernaan juga mengalami nekrosis, dapat
menyebabkan masuknya bakteri kedalam aliran darah yang kemudian dapat
memperparah komplikasi yaitu syok endotoxic.
·
Refraktori.
Pada
stadium ini terjadi kegagalan organ untuk berfungsi dan shock menjadi
ireversibel. Kematian otak dan seluler pun berlangsung. Syok menjadi irevesibel
karena ATP sudah banyak didegradasi menjadi adenosin ketika terjadi kekurangan
oksigen dalam sel. Adenosin yang terbentuk mudah keluar dari sel dan
menyebabkan vasodilatasi kapiler. Adenosin selanjutnya di transformasi menjadi
asam urat yang kemudian di eksresi ginjal. Pada tahap ini, pemberian oksigen
menjadi sia- sia karena sudah tidak ada adenosin yang dapat difosforilasi
menjadi ATP.
Pengobatan
Syok
Penderita dijaga agar tetap merasa hangat dan kaki
sedikit dinaikkan untuk mempermudah kembalinya darah ke jantung. Setiap
perdarahan segera dihentikan dan pernapasan penderita diperiksa. Jika muntah,
kepala dimiringkan ke satu sisi untuk mencegah terhirupnya muntahan. Jangan
diberikan apapun melalui mulut.
Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernapasan mekanis. Obat-obatan diberikan secara intravena. Obat bius (narkotik), obat tidur, dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena cenderung menurunkan tekanan darah. Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah. Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok jika perdarahan atau hilangnya cairan terlus berlanjut atau jika syok disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan lainnya yang tidak berhubungan dengan volume darah.
Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang mengkerutkan pembuluh darah. Pemberian obat ini dilakukan sesingkat mungkin karena bisa mengurangi aliran darah ke jaringan. Jika penyebabnya adalah aksi pompa jantung yang tidak memadai, dilakukan usaha untuk memperbaiki kinerja jantung. Kelainan denyut dan irama jantung diperbaiki dan volume darah ditingkatkan (bila perlu). Untuk memperlambat denyut jantung bisa diberikan atropin. Obat lainnya bisa diberikan untuk memperbaiki kemampuan kontraski otot jantung.
Pada serangan jantung, bisa dimasukkan pompa balon ke dalam aorta yang untuk sementara waktu bisa meredakan syok. Sesudah prosedur ini, mungkin perlu dilakukan operasi bypass arteri koroner atau pembedahan untuk memperbaiki kelainan jantung.
Pada beberapa kasus yang terjadi setelah serangan jantung, untuk memperbaiki aksi pompa jantung yang tidak memadai dan untuk memperbaiki syok, dilakukan angioplasi koroner transluminal perkutaneus darurat guna membuka arteri yang tersumbat. Jika tindakan tersebut tidak dilakukan, diberikan obat trombolitik sesegera mungkin.
Syok yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah yang berlebihan diatasi terutama dengan obat-obat yang mengkerutkan pembuluh darah.
Tenaga kesehatan bisa memberikan bantuan pernapasan mekanis. Obat-obatan diberikan secara intravena. Obat bius (narkotik), obat tidur, dan obat penenang biasanya tidak diberikan karena cenderung menurunkan tekanan darah. Cairan diberikan melalui infus. Bila perlu, diberikan transfusi darah. Cairan intravena dan transfusi darah mungkin tidak mempu mengatasi syok jika perdarahan atau hilangnya cairan terlus berlanjut atau jika syok disebabkan oleh serangan jantung atau keadaan lainnya yang tidak berhubungan dengan volume darah.
Untuk menambah aliran darah ke otak atau jantung bisa diberikan obat yang mengkerutkan pembuluh darah. Pemberian obat ini dilakukan sesingkat mungkin karena bisa mengurangi aliran darah ke jaringan. Jika penyebabnya adalah aksi pompa jantung yang tidak memadai, dilakukan usaha untuk memperbaiki kinerja jantung. Kelainan denyut dan irama jantung diperbaiki dan volume darah ditingkatkan (bila perlu). Untuk memperlambat denyut jantung bisa diberikan atropin. Obat lainnya bisa diberikan untuk memperbaiki kemampuan kontraski otot jantung.
Pada serangan jantung, bisa dimasukkan pompa balon ke dalam aorta yang untuk sementara waktu bisa meredakan syok. Sesudah prosedur ini, mungkin perlu dilakukan operasi bypass arteri koroner atau pembedahan untuk memperbaiki kelainan jantung.
Pada beberapa kasus yang terjadi setelah serangan jantung, untuk memperbaiki aksi pompa jantung yang tidak memadai dan untuk memperbaiki syok, dilakukan angioplasi koroner transluminal perkutaneus darurat guna membuka arteri yang tersumbat. Jika tindakan tersebut tidak dilakukan, diberikan obat trombolitik sesegera mungkin.
Syok yang disebabkan oleh pelebaran pembuluh darah yang berlebihan diatasi terutama dengan obat-obat yang mengkerutkan pembuluh darah.
Proknosis
Jika tidak diobati, biasanya berakibat fatal. Jika
diobati, hasilnya tergantung kepada penyebabnya, jarak antara timbulnya syok
sampai dilakukannya pengobatan serta jenis pengobatan yang diberikan.
Kemungkinan terjadinya kematian pada syok karena serangan jantung atau syok
septik pada penderita usia lanjut sangat tinggi.
Pencegahan
Mencegah syok lebih mudah daripada mencoba
mengobatinya. Pengobatan yang tepat terhadap penyebabnya bisa mengurangi resiko
terjadinya syok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar