Pengertian
Pewarnaan Jaringan
Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas
berbagai elemen tisu, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan
ditelaah dengan mikroskop. Motoda pewarnaan yang sering dilakukan dalam
pembuata preparat metode parafin adalah metoda pewarnaan Hematoxilin-eosin.
Seperti merupakan peraturan, hamatoxillin digunakan
terlebih dahulu dan setelah melalui proses diferensiasi, maka barulah eosin
digunakan. Pertukaran tempat keduanya tampaknya akan menimbulkan kesukaran,
karena pewarna hematoxilin akan mewarnai lebih cepat dari pada pewarna
paduannya yang umumnya berperan sebagai counterstain yang intensitas
pewarnaanya dapat diatur tanpa mempengaruhi pewarnaan hematoxilin.
Kesulitan tahapan ini adalah memilih jenis pewarna, karena
dengan ketepatan pemilihan bahan pewarna dapat menyesuaikan bagian apa pada
spesimen tersebut yang akan dilihat. Jika terjadi kesalahan dapat terjadi
kekeliruan dalam tujuan penglihatan spesimen.
Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan
ketebalan 5 mikrometer akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop.
Pewarna yang biasa digunakan adalah hematoxylin dan eosin.
Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukelus,
sementara eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai
zat warna lain yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan
yang ingin diamati. Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut
histokimia.
Untuk menganalisis struktur jaringan yang telah
diiris, preparat harus diwarnai.Pewarnaan rutin yang sering dikerjakan adalah haematoxylin-eosin
(HE), karena pewarnaan ini dapat menunjukkan sebagian
besar struktur histologi.
Pewarnaan menggunakan 2
macam zat warna yaitu:
·
Hematoksilin
-memulas inti sel dan memberikan warna biru (basofilik).
·
Eosin
yang merupakan counterstaining hematoksilin, memulas sitoplasma sel dan
jaringan penyambung dan memberikan warna merah muda dengan nuansa yang
berbeda.
Interpretasi hasil :
·
Inti
sel bewarna biru.
·
Sitoplasma
bewarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna pada komponen tertentu.
Afinitas hematein terhadap
nuclei tidak baik, jika tidak menggunakan Mordant.
·
Mordant adalah
penghubung haematoxyllin dan DNA.
·
Logam: Al, Fe,
tungsten, molybdenum, lead.
·
Tipe mordant
mempengaruhi tipe jaringan yang terwarnai dan hasil akhir pewarnaan.
Ada delapan jenis larutan pewarnaan haematoxylin,
yaitu Dellafied, Erlich, Heidenhains,
Harris, Mayer, Weigert, Carazzi, dan Cole. Masing-masing formula pewarnaan
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang paling sering digunakan
adalah haematoxylin Mayer dan haematoxylin Harris.
1.
Komposisi Haematoxylin
Mayer.
·
Kristal haematoxylin…………………................... 1
gr.
·
Akuades………..…………………………… 1000 ml.
·
Sodium iodate….……………………………........ 0,2
gr.
·
mmonium/potassium alum.................................
50
gr.
·
Citric acid…………………………....…………...... 1
gr.
·
Chloralhydrate………………………………........ 50
gr.
2.
Cara Pembuatan
Hematoxylin Mayer.
·
Larutkan Ammonium/Potassium alum di
dalam aquades.
·
Tambahkan Haematoxylin dan
campurkan secara baik.
·
Tambahkan Sodium Iodate, Citric
Acid, dan Chloralhydrate.
·
Campur dan aduk hingga seluruhnya
tercampur dengan baik.
·
Biarkan semalam dan saring dengan
kertas saring besoknya.
Eosin adalah zat warna Xanthene. Eosin paling cocok
dikombinasikan dengan pewarna haematoxylin. Eosin memiliki nilai kemampuan differensiasi sendiri untuk membedakan
antara sitoplasma dari tiap sel dan serabut jaringan ikat yang berbeda.
1. Jenis
Eosin :
·
Eosin Y
(yellowish), water soluble.
·
Eosin B
(Bluish).
·
Ethyl Eosin
(eosin S, eosin alkohol absolut).
Eosin Y(yellowish) paling banyak digunakan, karena termasuk zat warna asam
sehingga dapat berikatan dengan protein (basa) dan dapat berpenetrasi pada
struktur padat dan bersifat metakromatik. Terdapat dalam 2 bentuk ,yaitu :
monomer (merah) dan dimer (orange merah).
Hasil pewarnaannya , yaitu :
sitoplasma akan berwarna merah, eritrosit akan berwarna orange merah, nukleus
piknotik akan berwarna ungu, dan nukleolus akan berwarna merah.
2.
Komposisi
Eosin.
a. Eosin-alkohol
Stock 1%.
·
Eosin y ws……………………………………………… 1
gr.
·
aquades……………………………………………………… 20
ml.
·
Larutkan dan tambahkan alkohol 95%
……………….. 80 ml.
b.
Eosin working
solution.
·
Eosin-alkohol stock 1 bagian.
·
Alkohol 80% 3 bagian.
·
Dibuat sesaat sebelum digunakan dan
tambahkan Asam Asetat glasial 0,5 ml untuk setiap 100 ml larutan dan aduk
dengan baik.
3.
Cara kerja.
·
Deparafinisasi
preparat yang telah kering ke dalam xylol sebanyak 3x (@ 10 menit).
·
Masukkan
ke dalam alkohol sebanyak 2x (@5 menit).
·
Cuci
dengan air mengalir sampai alkohol hilang.
·
Masukkan
ke dalam larutan hematoxylin selama 7 menit.
·
Cuci
dengan air mengalir sampai tidak luntur.
·
Celupkan
dalam HCL 2x celup untuk decolorisasi.
·
Cuci
dengan air.
·
Rendam
dalam air sampai warna air menjadi biru.
·
Masukkan
ke dalam larutan eosin.
·
Cuci
dengan air mengalir.
·
Cuci
dengan alkohol I.
·
Cuci dengan alkohol II.
Cuci dengan air.
·
Pres dengan kertas saring, lap dengan
kapas.
·
Masukkan dalam larutan xylol.
·
Pres dengan kertas saring, dan lap
dengan kapas.
·
Tutup (mounting) dengan
entellan/balsam Kanada dan cover glass.
·
Beri label pada sajian tersebut dan
biarkan hingga entelan mongering.
Hasil.
· Nukleus berwarna biru.
· Sitoplasma berwarna kemerahan dengan
adanya beberapa variasi warna pada komponen tertentu.
Contoh
jaringan dengan pengecatan Hematoksilin Eosin
1. Nodus Lymphaticus.
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan :
a. Capsula
:
Jaringan
ikat ini mengandung:
·
serabut-serabut kolagen.
·
vasa lymphatica afferentia.
b. Hilum
:
serabut
kolagen tampak lebih tebal.
c. Cortex
:
·
Disini terdapat banyak noduli lymphatici
yang berderet-deret.
·
Noduli limphatici merupakan kumpulan
padat limfosit.
·
Di pusat noduli ada centrum
germinale sel (tempat limfosit B berproliferasi dan differensiasi menjadi sel
plasma)
d. Trabeculae
:
Berasal
dari capsula, meluas ke arah pusat nodus lymphaticus di antara noduli
limphatici dan medulla.
e. Paracortex
antara cortex dan medulla, tempat limfosit T.
f. Medulla,
lebih kedalam berwarna lebih pucat.
g. Sinus
Lymphaticus (rongga tempat menampung cairan limfe dari vasa limfatik afferens.).
Ada
berbagai jenis:
·
sinus lymphaticus capsularis
(marginalis) : dibawah capsula.
·
sinus corticalis : di sepanjang trabeculla.
·
sinus medullaris : di medulla.
2. Lien atau Spleen.
Pewarnaan : HE.
Pengamatan pada sediaan limfa:
a. Selubung
:
· tunica serosa, epitel pipih selapis.
· tunica fibrosa mengandung serabut
kolagen dan elastis. Berlanjut ke tengah sebagai trabecula.
b.
Isi.
Pulpa lienalis
dibedakan 2 jenis:
· Pulpa alba tampak sebagai kelompok
berpadatan, kebiru-biruan Arteria centralis terdapat dekat pusat pulpa alba.
· Pulpa rubra tampak sebagai jaringan
tidak teratur.
3.
Thymus.
Pewarnaan : HE.
Perhatikan :
a. Capsula,
berlanjut sebagai septum interlobare yang membagi thymus menjadi lobus thyme.
b. Cortex
penuh dengan limfositus thymicus atau thymocytus, berpadatan,
kebiru-biruan.Merupakan tempat produksi limfosit.
c. Medulla berwarna lebih pucat.limfositus lebih
sedikit.
· Banyak
limfoblastus dan retikulositus.
· Terdapat
corpusculum thymicum kebulat-kebulatan mengandung:
-
sel
epitel teratur konsentris.
-
cellula
gigantica atau sel raksasa.
4.
Tonsil.
Pewarnaan : HE.
Perhatikan :
a. Capsula : berupa jaringan ikat
sebagai pembungkus, capsula membentuk septum internodulare ke arah pusat.
b.
Epithelium
Squamosum Stratificatum: melapisi permukaan bebas.
·
Banyak mengalami infiltrasi oleh
limfosit.
·
Berlekuk-lekuk dinamakan: crypta
tonsillaris.
c. Noduli
Lymphatici : bulat, berderet sepanjang crypta tonsillaris.
5. Sumsum Tulang.
Teknik pewarnaan : HE.
Perhatikan :
a. Textus
connectivus reticularis sebagai
jaringan dasar yang dengan pewarnaan HE serabutnya tidak tampak.
b. Megakariosit
merupakan sel raksasa dengan nucleus
relatif besar, dan sitoplasma berwama merah.
c. Normoblas
memiliki
sitoplasma berwarna kemerah-merahan, nucleus biru letak di tengah.
d. Haemocytoblastus,
adipocytus.
Assalamualaikum kak, maaf mau nanya ini sumbernya dari mana ya kak?
BalasHapusMaaf kak mau tanya mengapa kok ada beberapa jenis pengecatan pada sediaan histologis ?
BalasHapus