Selasa, 29 November 2016

PEWARNAAN JARINGAN



Pengertian Pewarnaan Jaringan

Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen tisu, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop. Motoda pewarnaan yang sering dilakukan dalam pembuata preparat metode parafin adalah metoda pewarnaan Hematoxilin-eosin.

Seperti merupakan peraturan, hamatoxillin digunakan terlebih dahulu dan setelah melalui proses diferensiasi, maka barulah eosin digunakan. Pertukaran tempat keduanya tampaknya akan menimbulkan kesukaran, karena pewarna hematoxilin akan mewarnai lebih cepat dari pada pewarna paduannya yang umumnya berperan sebagai counterstain yang intensitas pewarnaanya dapat diatur tanpa mempengaruhi pewarnaan hematoxilin.

Kesulitan tahapan ini adalah memilih jenis pewarna, karena dengan ketepatan pemilihan bahan pewarna dapat menyesuaikan bagian apa pada spesimen tersebut yang akan dilihat. Jika terjadi kesalahan dapat terjadi kekeliruan dalam tujuan penglihatan spesimen.

Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa digunakan adalah hematoxylin dan eosin.
Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin memberi warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu yang mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia. 

Untuk menganalisis struktur jaringan yang telah diiris, preparat harus diwarnai.Pewarnaan rutin yang sering dikerjakan adalah haematoxylin-eosin (HE), karena pewarnaan ini dapat menunjukkan sebagian besar struktur histologi.

Pewarnaan menggunakan 2 macam zat warna yaitu:

·         Hematoksilin -memulas inti sel dan memberikan warna biru (basofilik).
·         Eosin yang merupakan counterstaining hematoksilin, memulas sitoplasma sel dan jaringan penyambung dan memberikan warna merah muda dengan nuansa yang berbeda. 

Interpretasi hasil :

·         Inti sel bewarna biru.
·         Sitoplasma bewarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna pada komponen tertentu.

Afinitas hematein terhadap nuclei tidak baik, jika tidak menggunakan Mordant.

·         Mordant adalah penghubung haematoxyllin dan DNA.
·         Logam: Al, Fe, tungsten, molybdenum, lead.
·         Tipe mordant mempengaruhi tipe jaringan yang terwarnai dan hasil akhir pewarnaan.

Ada delapan jenis larutan pewarnaan haematoxylin, yaitu  Dellafied, Erlich, Heidenhains, Harris, Mayer, Weigert, Carazzi, dan Cole. Masing-masing formula pewarnaan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang paling sering digunakan adalah haematoxylin Mayer dan haematoxylin Harris.

1.      Komposisi Haematoxylin Mayer.

·         Kristal haematoxylin…………………................... 1 gr.
·         Akuades………..…………………………… 1000 ml.
·         Sodium iodate….……………………………........ 0,2 gr.
·         mmonium/potassium alum................................. 50 gr.
·         Citric acid…………………………....…………...... 1 gr.
·         Chloralhydrate………………………………........ 50 gr.

2.      Cara Pembuatan Hematoxylin Mayer.

·         Larutkan Ammonium/Potassium alum di dalam aquades.
·         Tambahkan Haematoxylin dan campurkan secara baik.
·         Tambahkan Sodium Iodate, Citric Acid, dan Chloralhydrate.
·         Campur dan aduk hingga seluruhnya tercampur dengan baik.
·         Biarkan semalam dan saring dengan kertas saring besoknya.

Eosin adalah zat warna Xanthene. Eosin paling cocok dikombinasikan dengan pewarna haematoxylin. Eosin memiliki nilai kemampuan differensiasi sendiri untuk membedakan antara sitoplasma dari tiap sel dan serabut jaringan ikat yang berbeda.

1.      Jenis Eosin :

·         Eosin Y (yellowish), water soluble.
·         Eosin B (Bluish).
·         Ethyl Eosin (eosin S, eosin alkohol absolut).

Eosin Y(yellowish) paling banyak digunakan, karena termasuk zat warna asam sehingga dapat berikatan dengan protein (basa) dan dapat berpenetrasi pada struktur padat dan bersifat metakromatik. Terdapat dalam 2 bentuk ,yaitu : monomer (merah) dan dimer (orange merah).

Hasil pewarnaannya , yaitu : sitoplasma akan berwarna merah, eritrosit akan berwarna orange merah, nukleus piknotik akan berwarna ungu, dan nukleolus akan berwarna merah.

2.      Komposisi Eosin.

a.       Eosin-alkohol Stock 1%.

·         Eosin y ws……………………………………………… 1 gr.
·         aquades……………………………………………………… 20 ml.
·         Larutkan dan tambahkan alkohol 95% ……………….. 80 ml.

b.      Eosin working solution.

·         Eosin-alkohol stock 1 bagian.
·         Alkohol 80% 3 bagian.
·         Dibuat sesaat sebelum digunakan dan tambahkan Asam Asetat glasial 0,5 ml untuk setiap 100 ml larutan dan aduk dengan baik.

3.      Cara kerja.

·         Deparafinisasi preparat yang telah kering ke dalam xylol sebanyak 3x (@ 10 menit).
·         Masukkan ke dalam alkohol sebanyak 2x (@5 menit).
·         Cuci dengan air mengalir sampai alkohol hilang.
·         Masukkan ke dalam larutan hematoxylin selama 7 menit.
·         Cuci dengan air mengalir sampai tidak luntur.
·         Celupkan dalam HCL 2x celup untuk decolorisasi.
·         Cuci dengan air.
·         Rendam dalam air sampai warna air menjadi biru.
·         Masukkan ke dalam larutan eosin.
·         Cuci dengan air mengalir.
·         Cuci dengan alkohol I.
·         Cuci dengan alkohol II.

Cuci dengan air.

·         Pres dengan kertas saring, lap dengan kapas.
·         Masukkan dalam larutan xylol.
·         Pres dengan kertas saring, dan lap dengan kapas.
·         Tutup (mounting) dengan entellan/balsam Kanada dan cover glass.
·         Beri label pada sajian tersebut dan biarkan hingga entelan mongering.

Hasil.

·        Nukleus berwarna biru.
·        Sitoplasma berwarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna pada komponen tertentu.

Contoh jaringan dengan pengecatan Hematoksilin Eosin

1.      Nodus Lymphaticus.

Teknik pewarnaan : HE

Perhatikan :

a.       Capsula :

Jaringan ikat ini mengandung:

·         serabut-serabut kolagen.
·         vasa lymphatica afferentia.

b.      Hilum :

serabut kolagen tampak lebih tebal.

c.       Cortex :

·         Disini terdapat banyak noduli lymphatici yang berderet-deret.
·         Noduli limphatici merupakan kumpulan padat limfosit.
·         Di pusat noduli ada centrum germinale sel (tempat limfosit B berproliferasi dan differensiasi menjadi sel plasma)

d.      Trabeculae :

Berasal dari capsula, meluas ke arah pusat nodus lymphaticus di antara noduli limphatici dan medulla.

e.       Paracortex antara cortex dan medulla, tempat limfosit T.

f.       Medulla, lebih kedalam berwarna lebih pucat.

g.      Sinus Lymphaticus (rongga tempat menampung cairan limfe dari vasa limfatik  afferens.).

Ada berbagai jenis:

·         sinus lymphaticus capsularis (marginalis)             : dibawah capsula.
·         sinus corticalis                                                       : di sepanjang trabeculla.
·         sinus medullaris                                                     : di medulla.

2.      Lien atau Spleen.

Pewarnaan       : HE.

Pengamatan  pada sediaan limfa:

a.       Selubung :

·        tunica serosa, epitel pipih selapis.
·        tunica fibrosa mengandung serabut kolagen dan elastis. Berlanjut ke tengah sebagai trabecula.

b.      Isi.

Pulpa lienalis dibedakan 2 jenis:
     
·        Pulpa alba tampak sebagai kelompok berpadatan, kebiru-biruan Arteria centralis terdapat dekat pusat pulpa alba.
·        Pulpa rubra tampak sebagai jaringan tidak teratur.

3.      Thymus.

Pewarnaan       : HE.

Perhatikan       :

a.   Capsula, berlanjut sebagai septum interlobare yang membagi thymus menjadi lobus thyme.

b.  Cortex penuh dengan limfositus thymicus atau thymocytus, berpadatan, kebiru-biruan.Merupakan tempat produksi limfosit.

c.     Medulla  berwarna lebih pucat.limfositus lebih sedikit.

·       Banyak limfoblastus dan retikulositus.
·      Terdapat corpusculum thymicum kebulat-kebulatan mengandung:

-          sel epitel teratur konsentris.
-          cellula gigantica atau sel raksasa.

4.      Tonsil.

Pewarnaan       : HE.

Perhatikan       :



a.      Capsula : berupa jaringan ikat sebagai pembungkus, capsula membentuk septum internodulare ke arah pusat.

b.      Epithelium Squamosum Stratificatum: melapisi permukaan bebas.

·         Banyak mengalami infiltrasi oleh limfosit.
·         Berlekuk-lekuk dinamakan: crypta tonsillaris.

c.       Noduli Lymphatici : bulat, berderet sepanjang crypta tonsillaris.

5.      Sumsum Tulang.

Teknik pewarnaan       : HE.

Perhatikan :

a. Textus connectivus reticularis sebagai jaringan dasar yang dengan pewarnaan HE serabutnya tidak tampak.

b.   Megakariosit merupakan sel raksasa dengan nucleus relatif besar, dan sitoplasma berwama merah.


c.       Normoblas memiliki sitoplasma berwarna kemerah-merahan, nucleus biru letak di tengah.

d.      Haemocytoblastus, adipocytus.


2 komentar:

  1. Assalamualaikum kak, maaf mau nanya ini sumbernya dari mana ya kak?

    BalasHapus
  2. Maaf kak mau tanya mengapa kok ada beberapa jenis pengecatan pada sediaan histologis ?

    BalasHapus