Pegertian
Fiksasi
Fiksasi adalah Proses mengawetkan jaringan agar awet dan
kondisinya sama seperti hidup. Dilakukan dengan merendam jaringan ke lart
fiksasi (volume min 20x besar jar) selama 24 jam.
Pengawetan (fiksasi) adalah stabilitasi unsur penting pada
jarimgan sehingga unsur tersebut tidak terlarut, berpindah, atau terdistorsi
selama prosedur selanjutnya. Fiksasi yang benar adalah dasar dari semua
preparat yang baik. Efek fiksasi terhadap jaringan yang diproses adalah
menghambat proses pembusukan dan autolysis, pengawetan jaringan, pengerasan
jaringan, pemadatan koloid, diferesiansi optic, dan berpengaruh terhadap
pewarnaan. Sejumlah factor akan mempengaruhi proses pengawetan yaitu dapar,
penetrasi, volume pengawet, konsentrasi, interval waktu, suhu, dan jenis
larutan pengawet.
Manfaat
dan Tujuan Fiksasi
Fiksasi terhadap jaringan harus dilakukan secepat
mungkin, segera setelah jaringan hewan atau manusia diambil dari tubuhnya
dengan tujuan:
·
Mencegah terjadinya proses autolisis
yaitu larutnya sel yang diakibatkan oleh proses – proses yang dipengaruhi enzim
dari dalam sel itu sendiri.
·
Mencegah
proses pembusukan yaitu proses penghancuran jaringan yang diakibatkan oleh
aktifitas bakteri dan biasanya disertai dengan pembentukan gas.
·
Memadatkan
dan mengeraskan agar mudah untuk dipotong. Untuk jaringan yang lunak seperti
jaringan otak akan sulit dipotong jika tanpa dilakukan oleh cairan fiksasi.
·
Memadatkan
cairan koloid, mengubah konsistensi dari bahan seperti cairan yang terdapat
didalam jaringan menjadi konsistensi lebih padat.
·
Mencegah
keruskan
struktur jaringan. Dengan proses masuknya cairan fiksasi kedalam sel lewat
membran sel yang bersifat semipermeabel secara osmosis/penyerapan.
Efek
Fiksasi pada Jaringan
·
Menghambat proses pembusukan dan autolysis.
Fiksasi akan menghambat terjadinya
pembusukan yang disebabkan oleh kuman pembusuk dari dalam/luar tubuh. Waktu
pembusukan untuk setiap jaringan/organ adalah berbeda tergantung pada
konsistensi dan kandungan unsur penyusun jaringan. Usus dan otak sangat rentan
terhadap proses pembusukan dibandingkan dengan jaringan tubuh lainnya.
Pembusukan sering disertai oleh pembentukan gas yang berbau.
Autolisis
adalah proses kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan enzim-enzim proteolitik
yang terdapat pada sel/jaringan tersebut. Proses proteolitik ini akan lebih
cepat terjadi pada suhu tropik (24 – 36 oC). Proses proteolitik juga lebih
mudah terjadi di negeri tropis dibanding dengan negeri iklim sub tropik. Untuk
menghindari proses pembusukan dan autolisis, jaringan harus segera dimasukkan
ke dalam cairan fiksasi segera setelah kematian atau diambil dari tubuh. Bila
keadaan ini tidak memungkinkan, jaringan dapat disimpan sementara dengan
dibekukan dalam ruang bertemperatur dingin (freezer, -20 oC) atau dengan
nitrogen cair (-70 oC).
·
Pengawetan jaringan.
·
Pengerasan jaringan.
·
Pemadatan koloid.
Fiksasi
akan mengubah konsistensi sel yang setengah cair (sol) menjadi lebih padat
(Gel).
·
Diferensiasi optic.
Fiksasi akan mengubah indeks
refraksi berbagai unsur sel dan jaringan. Sebelum diwarnai, struktur jaringan
yang telah difiksasi akan lebih mudah dilihat dibandingkan dengan struktur
jaringan yang belum difiksasi.
Jenis-jenis
Fiksasi
Macam-macam fikasi:
·
Larutan
fiksatif sederhana :
Hanya mengandung satu macam zat
saja. Misal :
1. Etanol 70-100%.
Fiksasi ini biasanya digunakan untuk
sajian apusan dan tidak digunakan untuk fiksasi jaringan, sebab larutan
fiksatif ini mempunyai daya penetrasi yang lambat ke dalam jaringan dan
cenderung mengeraskan jaringan bila jaringan direndam terlalu lama di dalam
larutan fiksasi ini. Larutan ini memfiksasi jaringan dengan cara mendenaturasi
protein dan mempresipitasi glikogen. Apabila fiksatif ini dicampur dengan
reagen lainnya seperti larutan Carnoy, fiksasi berlangsung cepat. Untuk
keperluan imunositokimia, larutan metanol absolut dan aseton absolute dengan
perbandingan sama dalam suhu -20 oC sering digunakan.
2. Formaldehyde 4-10%.
Larutan formalin merupakan cairan
fiksasi yang paling umum digunakan. Larutan formalin yang digunakan adalah
formalin 10%. Formula yang digunakan adalah:
Formalin (Formaldehida
40%)..................................................... 10 ml.
Air ................................................................................................
90 ml.
Formaldehida 40% adalah gas yang
larut dalam air dengan volume 40% dari total berat larutan. Larutan jenuh ini
secara komersial diperdagangkan sebagai formalin atau formaldehyde 40%.
Telah disepakati bahwa yang dimaksud dengan formaldehyde 40% sama dengan
larutan jenuh gas formaldehida dalam akuades.
Formalin terutama terdapat dalam
bentuk polimer dari formaldehida. Bentuk ini tak dapat digunakan untuk fiksasi;
yang dapat digunakan adalah bentuk monomernya. Untuk menghasilkan formalin
dalam bentuk monomer diperlukan waktu, kecuali bila pH larutan dibuat netral
atau sedikit alkalis, karena kecepatan depolarisasi tergantung pada pH. Jadi
jangan sekalikali menggunakan formalin 10% yang baru dibuat karena jaringan
akan membusuk sebelum terfiksasi dengan baik. Selain itu formalin bersifat asam
karena mengandung asam formiat akibat oksidasi formaldehida. Oleh sebab itu
larutan formalin 10% harus dibuat netral atau sedikit alkalis dengan
menggunakan larutan dapar fosfat dengan pH 7,2 sebagai pelarut, atau dengan
menambahkan kalsium asetat. Larutan yang paling mudah dan murah adalah larutan
formalsaline dengan formula:
Formalin (40% formaldehyde)
................................................. 100 ml.
Natrium klorida
(NaCl).............................................................. 9 gram.
Akuades....................................................................................
900 ml.
Larutan dapar formalin 10% yang
sering digunakan adalah: Formal Calcium (Lilli, 1965).
Formalin (40% formaldehyde)
...................................................... 10 ml.
Kalsium asetat
..................................................................................
2 gr.
Akuades
...................................................................................
ad 100ml.
Formal Calcium (Baker, 1944).
Formalin (40% formaldehyde).......................................................
10 ml.
Kalsium klorida
........'.......................................................................
2 gr.
Akuades
...................................................................................ad
100 ml.
Neutral Buffered Formalin.
Formalin
........................................................................................
10 ml.
Acid sodium phosphate monohydrate .........................................
0,40 gr.
Anhydrous disodium phosphate ..................................................
0,65 gr.
Akuades
...................................................................................ad
100 ml.
Buffered Formalin Sucrose (Holt dan Hicks, 1961).
Formalin
........................................................................................
10 ml.
Sukrosa..........................................................................................
7,5 gr.
Phosphate buffer saline (pH 7,4).............................................ad
100 ml.
Cairan formalin akan mengawetkan
struktur halus (fine structure) dengan sangat baik, fosfolipida, dan
beberapa enzim. Cairan ini sangat dianjurkan untuk dipakai pada penelitian
gabungan sitokimia dan mikroskopi elektron. Untuk mendapatkan hasil terbaik,
jaringan harus didinginkan dalam refrigerator (4oC).
Kelebihan larutan fiksatif formalin
a. merupakan cairan pengawet umum.
b. pH mendekati netral.
c. pigmen formalin (acid
formaldehyde haematin) tidak terbentuk.
Pembentukan pigmen formalin akan
terjadi bila terdapat interaksi antara larutan formalin ber-pH asam dengan
hemoglobin atau produknya. Pigmen formalin sering dijumpai pada organ yang
mengandung banyak darah seperti hati, limpa, dan sumsum tulang. Pigmen formalin
dapat dihilangkan dengan perlakuan asam pikrat-alkohol atau larutan alkohol 1%
dalam natrium hidroksida (NaOH) saat rehidrasi irisan jaringan. Larutan Asam
Pikrat-Alkohol (rendam selama ½ - 2 jam)
Larutan asam pikrat jenuh dalam
alkohol 70%...................85 ml.
Alkohol
70%.......................................................................15 ml.
d. Potongan jaringan dapat ditinggalkan
di dalam cairan formal-saline untuk jangka waktu lama (dapat sampai 1
tahun) tanpa ada perubahan yang berarti.
e. Bila diperlukan, jaringan yang
direndam dalam cairan fiksatif ini dapat diambil dan dimasukkan ke dalam cairan
fiksatif lain.
Kekurangan larutan fiksatif formalin
adalah:
a. Jaringan yang difiksasi dengan cara
rendam memerlukan waktu sedikitnya 24 jam baru dapat diproses.
b. Terjadi pengerutan pada jaringan.
Pengerutan ini tidak disebabkan fiksatif formalin (yang menimbulkan sedikit
pembengkakan) namun oleh alkohol dalam proses dehidrasi.
c. Formaline-saline menjadi asam saat disimpan lama
karena formaldehida teroksidasi menjadi asam format. Jaringan yang disimpan
beberapa bulan sering gagal menghasilkan pewarnaan yang baik.
3. Asam asetat 0,3-5% ; Asam pikrat ;
asam Chromiat 0,5-1 % dll.
Fiksasi ini digunakan untuk
mendemonstrasikan glikogen. Larutan ini akan mencegah karbohidrat menjadi larut
sebelum unsur protein selesai difiksasi. Karena formalin dan alkohol merupakan
zat dengan penetrasi cepat, larutan ini merupakan fiksatif yang kerjanya cepat.
Jaringan dengan ketebalan 5 mm selesai difiksasi dalam 4 jam. Asam asetat tidak
pernah digunakan sendiri karena efek pembengkakan pada serat kolagen, tetapi ia
digunakan untuk meniadakan pengerutan yang disebabkan oleh reagen lainnya. Asam
asetat dapat memresipitasi nukleoprotein namun asam asetat juga mampu
merusak/menghancurkan mitokondria dan aparatus Golgi.
Formula larutan fiksatif ini adalah:
Formalin
..........................................................................................
5 ml.
Asam asetat glasial
.......................................................................... 5 ml.
Alkohol 70%
.................................................................................
90 ml.
Larutan Fiksatif Majemuk /
campuranMengandung lebih dari satu macam zat. Misal :
larutan Bouin (asam pikrat, formalin
dan asam asetat glasial).
Cairan fiksasi ini mengandung
larutan asam pikrat jenuh. Asam pikrat merupakan zat.
Berbentuk serbuk bewarna kuning
seperti kunyit. Asam pikrat mudah meledak dalam keadaan kering sehingga harus
disimpan dalam keadaan lembab. Asam pikrat jenuh dibuat dengan cara melarutkan
serbuk asam pikrat dalam air hingga jenuh (terdapat endapan serbuk pikrat di
dasar larutan). Asam pikrat mempresipitasikan protein dengan membentuk ikatan
pikrat-protein. Asam pikrat menyebabkan rusaknya eritrosit, karena
menghilangkan Fe3+ terutama bila Fe3+ berada dalam jumlah sedikit, namun dapat
melindungi RNA dari proses perusakan oleh enzim ribonuklease.
Kelebihan dari larutan Bouin adalah:
a. Mempunyai daya penetrasi yang cepat
dan merata, tetapi dapat menyebabkan terjadinya sedikit pengerutan. Untuk
mengatasi hal ini, ke dalam larutan Bouin biasanya ditambahkan asam asetat
glasial sesaat sebelum dipakai. Waktu fiksasi cepat yaitu 24 jam, tetapi
potongan kecil dengan ketebalan kurang dari 2-3 mm dapat selesai difiksasi
dalam 2-3 jam. Jika jaringan difiksasi lebih lama dari 24 jam, jaringan akan
menjadi rapuh dan sulit diiris. Penyimpanan yang lama dalam etanol 70% dapat
mengakibatkan pengerutan jaringan. Asam asetat glasial sendiri mempunyai
kemampuan untuk fiksasi meskipun rendah. Asam asetat glasial biasanya digunakan
bersama-sama dengan larutan fiksatif lain dan berfungsi untuk meniadakan
pengerutan yang disebabkan oleh larutan lainnya. Nukleoprotein dipresipitasi
oleh asam asetat dan sering ditambahkan pada zat warna hematoksilin agar
nukleus tampak jelas dan tajam. Jaringan yang telah difiksasi sebaiknya
dipindahkan ke etanol 70%.
Penyimpanan yang lama dalam etanol
70% dapat mengakibatkan pengerutan jaringan.
b. Memberikan warna cemerlang bila
diwarnai dengan metoda trichrome.
c. Sangat baik untuk memperlihatkan
nukleus dan kromosom seperti pada sel benih testis dan ovum, embrio, dan kulit.
d. Warna kuning membuat jaringan mudah
dilihat saat perendaman dan pengirisan jaringan.
Kekurangan dari larutan Bouin
adalah:
a. Jaringan yang difiksasi dengan
larutan Bouin harus segera dilakukan proses dehidrasi setelah 24 jam. Bila
jaringan direndam terlalu lama (>24 jam) dapat menyebabkan kerapuhan pada
jaringan sehingga tidak mungkin untuk dipotong dengan mikrotom secara baik.
b. Warna kuning pada jaringan akibat
kelebihan pikrat. Untuk menghilangkan warna kuning, jaringan harus dicelup
dalam alkohol atau dengan mencucinya dalam air kran semalam. Oleh karena
terbentuk beberapa ikatan pikrat yang larut dalam air, jaringan harus segera
dipindahkan ke dalam alkohol.
Formula larutan fiksatif Bouin
adalah:
Larutan asam pikrat jenuh
.................................................................. 75 ml.
Formalin (40% formaldehida).............................................................
25 ml.
Bila akan digunakan, tambahkan
" asam asetat glasial" ...................... 5 ml.
Larutan Zenker (merkuri chlorida,
potassium dichromate, aquadest) dll.
Larutan fiksatif Zenker mengandung merkuri
klorida yang berfungsi untuk mempresipitasi protein. Merkuri klorida akan
mengikat gugus asam protein dan gugus asam.
Fosfat nukleoprotein, dan juga
bereaksi secara khusus dengan gugus tiol (−SH).
Kelebihan dari larutan fiksatif
Zenker adalah:
a. Daya fiksasinya cepat dan kuat,
tetapi kecepatan penetrasinya berkurang setelah meresap sejauh beberapa
milimeter pertama dan potongan jaringan yang melebihi ketebalan 5 mm pada
umumnya cenderung untuk menjadi keras (rapuh), overfixed di bagian
pinggir sementara di bagian tengah menjadi lunak karena underfixed.
Untuk mengatasi hal tersebut larutan fiksatif ini biasanya dikombinasi dengan
asam asetat, formalin, kalium dikromat, dan sebagainya. Waktu fiksasi umunya
6-24 jam.
b. Fiksatif ini sangat baik untuk fiksasi
sumsum tulang dan limpa serta organ lain yang banyak mengandung darah seperti
jantung dan otot.
c. Warna sitoplasma jaringan yang
difiksasi dengan larutan fiksatif ini akan lebih cemerlang.
Kekurangan dari larutan fiksatif
Zenker adalah:
a. Pemaparan jaringan di dalam larutan
fiksatif ini yang melebihi waktu yang ditentukan akan mengakibatkan jaringan
menjadi rapuh (keras), overfixed di bagian perifer dan underfixed di
tengahnya. Jaringan seperti ini tidak dapat dipotong dengan mikrotom.
Formula larutan Zenker adalah
sebagai berikut:
Merkuri
klorida......................................................................................
5 gr.
Kalium
dikromat…….........................................................................
2,5 gr.
Natrium sulfat........................................................................................
1 gr.
Akuades........................................................................................
ad 100 ml.
Tambahkan formalin segera sebelum pemakaian.................................
5 ml.
Pengaruh
Fiksasi Terhadap pewarnaan
Cairan
fiksasi dapat mempengaruhi reaksi histokimia karena mengikat bagian reaktif
jaringan. Ada sejumlah faktor yang akan mempengaruhi proses pengawetan:
·
Dapar.
Pengawetan sebaiknya dikerjakan pada
pH yang mendekati netral, 6 – 8. Jaringan hipoksia menurunkan pH, sehingga
harus terdapat kapasitas dapar pada pengawet untuk mencegah keasaman yang
berlebihan. Keasaman memudahkan
Terbentuknya pigmen heme-formalin
yang akan muncul sebagai deposit hitam yang dapat terpolarisasi di jaringan.
Dapar umum terdiri atas fosfat, bikarbonat, kakodilat, dan veronal.
·
Penetrasi.
Penetrasi jaringan bergantung pada
kemampuan difusi masing-masing fiksatif.
Formalin dan alkohol adalah yang
terbaik sementara glutaraldehida adalah terjelek. Merkuri dan yang lainnya
berada di antaranya. Untuk mengatasi ini, jaringan diiris dengan ketipisan 3–5
mm. Jaringan yang tipis akan lebih mudah dipenetrasi daripada jaringan tebal.
Untuk pekerjaan rutin, jaringan dapat dibuat dengan ketebalan hingga 1 cm.
Dengan ketebalan ini, diharapkan cairan fiksasi dapat dengan cepat memfiksasi
seluruh jaringan. Bila irisannya terlalu tebal, maka permukaan luarnya saja
yang berhasil difiksasi sedangkan bagian tengahnya dapat membusuk sebelum
cairan fiksasi sempat merembes/menginfiltrasi ke sana. Untuk mikroskopi
elektron, ketebalan irisan jaringan adalah 1 mm.
·
Volume
Pengawet.
Volume pengawet adalah penting.
Sebaiknya, volume pengawet adalah 10 x volume jaringan yang difiksasi. Besarnya
volume jaringan menentukan volume fiksasi yang diperlukan sedangkan tebalnya
jaringan menentukan lamanya fiksasi.
Panjang dan lebar jaringan umumnya
ditentukan oleh jenis mikrotom yang digunakan.
·
Konsentrasi.
Konsentrasi pengawet sebaiknya
diatur ke kadar terendah yang mungkin, karena pertimbangan ekonomis.
Konsentrasi formalin terbaik adalah 10%, sedangkan glutaraldehida pada 0,25% -
4%. Konsentrasi yang terlalu tinggi dapat menimbulkan artefak yang sama dengan
panas yang berlebihan.
·
Interval
Waktu.
Jaringan yang didapat harus segera
diawetkan. Artefak akan timbul bila jaringan mengering, sehingga bila belum
mendapat pengawet, rendamlah dalam larutan garam fisiologis. Semakin lama
jaringan menunggu untuk diawetkan, semakin banyak kehilangan organel sel dan
pengerutan nukleus sehingga banyak artefak terbentuk.
·
Suhu.
Peningkatan suhu, seperti reaksi
kimia lainnya, akan meningkatkan laju pengawetan. Ini tidak berarti bahwa anda
dibenarkan untuk merebus jaringan dalam bahan pengawet. Formalin yang panas
akan mengawetkan lebih cepat.
·
Jenis
Larutan Pengawet.
Jenis larutan fiksasi yang akan
digunakan bergantung pada jenis unsur jaringan yang ingin didemonstrasikan dan
pewarnaan yang akan dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar