Minggu, 25 Desember 2016

IMUNOPROFILAKTIK




Pengertian Imunoprofilaktik

Imunoprofilaktik merupakan bentuk pencegahan penyakit melalui mekanisme peningkatan derajat imunitas melalui suatu proses imunisasi atau vaksinasi. Imunisasi sendiri dapat diperoleh secara alami atau buatan, dalam kondisi pasif maupun aktif. Kedua macam imunisasi tersebut berbeda dalam beberapa aspek berdasarkan cara memperolehnya, sifat resistensi yang dihasilkan, cepat - lambatnya kemunculan antibodi maupun katabolismenya.

Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia seperti penyakit cacar.

Sedangkan tujuaan dilakukannya imunisasi adalah untuk mencegah timbulnya gejala penyakit pada seseorang atau kelompok apabila terpapar suatu agen penyakit atau bila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian.

Adapun tujuan imunisasi tersebut dapat dibedakan menjadi tujuan dekat atau tujuan akhir. Tujuan dekat imunisasi adalah untuk mencegah penyakit pada individu dan reduksi kasus dan kejadian luar biasa. Sedangkan tujuan akhir imunisasi adalah melindungi populasi, mereduksi dan mengeliminasi penyakit, bahkan jika mungkin ditujukan untuk mengeradikasi penyakit.

Selain itu, tujuan dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderitaan suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.

Jenis Imunisasi

Pada dasarnya ada 2 (dua) jenis imunisasi, yaitu:

1.      Imunisasi pasif (passive immunization).

Imunisasi adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat kekebalan tubuhnya didapatkan dari luar.

a.       Imunisasi pasif alamiah.

Adalah antibody yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.

b.      Imunisasi pasif buatan.

Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit tertentu.

2.      Imunisasi aktif (active immunization).

Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat anti bodi.

a.       Imunisasi aktif alamiah.

Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari suatu penyakit.

b.      Imunisasi aktif buatan.

Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.

AUTOIMUN



Pengertian Autoimun

Autoimunitas adalah kegagalan suatu organisme untuk mengenali bagian dari dirinya sendiri sebagai bagian dari dirinya, yang membuat respon kekebalan melawan sel dan jaringan miliknya sendiri.

Beberapa penyakit yang dihasilkan dari kelainan respon kekebalan ini dinamakan penyakit autoimun. Contohnya meliputi penyakit Coeliac, diabetes mellitus tipe 1, Systemic lupus erythematosus, sjgren’s syndrome, churg-strauss syndrome, hasimoto’s thyroiditis, graves disease, idiopathic thrombocytopenic purpura, scleroderma dan rheumatoid arthritis (RA).

Kesalahan yang menyebabkan sistem kekebalan melawan suatu individu yang seharusnya dilindunginya bukanlah hal yang baru. Paul Ehrlich pada awal abad ke 20 mengajukan konsep horror autotoxicus, di mana jaringan suatu organisme dimakan oleh sistem kekebalannya sendiri. Semua respon autoimun dulunya dipercaya sebagai hal yang abnormal dan dikaitkan dengan suatu kelainan.

Namun saat ini diketahui bahwa respon autoimun adalah bagian terpisah dari sistem kekebalan vertebrata, umumnya untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh toleransi imunologikal terhadap antigen milik sendiri. Autoimunitas berbeda dengan aloimunitas.

Gangguan Autoimun

Sistem kekebalan tubuh dirancang untuk melawan zat asing dan berbahaya yang disebut antigen, dan juga mencegahnya dari kerusakan jaringan dan organ. Namun, sel-sel tubuh juga mengandung antigen, dan sistem kekebalan tubuh seharusnya bisa membedakan antara antigen alami tubuh dan antigen asing yang dapat menyebabkan masalah. Sayangnya, jika sistem kekebalan tubuh memiliki masalah, hal tersebut dapat menyebabkan tubuh gagal untuk membedakan antara antigen alami tubuh dan antigen asing. Masalah yang berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh disebut gangguan autoimun. Dalam gangguan autoimun, sistem kekebalan tubuh mulai menyerang sel tubuh sendiri, menyebabkan peradangan pada jaringan tersebut.

Gangguan autoimun adalah kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan jaringan.

Bahan yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. Antigen adalah molekul yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel (seperti bakteri, virus, atau sel kanker). Beberapa antigen, seperti molekul serbuk sari atau makanan, ada di mereka sendiri.

Sel sekalipun pada orang yang memiliki jaringan sendiri bisa mempunyai antigen. Tetapi, biasanya, sistem imunitas bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya, tidak terhadap antigen dari orang yang memiliki jaringan sendirii. Tetapi, sistem imunitas kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai antibodi asing dan menghasilkan (disebut autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan dan menyerang jaringan tubuh sendiri.

Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal tersebut menghasilkan radang dan kerusakan jaringan. Efek seperti itu mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun tidak terjadi.

Beberapa ganguan autoimun yang sering terjadi seperti radang sendi rheumatoid, lupus erythematosus sistemik (lupus), dan vasculitis, diantaranya. Penyakit tambahan yang diyakini berhubungan dengan autoimun seperti glomerulonephritis, penyakit Addison, penyakit campuran jaringan ikat, sindroma Sjogren, sclerosis sistemik progresif, dan beberapa kasus infertilitas.
Ada cukup banyak jenis gangguan autoimun. Beberapa yang paling umum adalah rheumatoid arthritis, diabetes tipe 1, lupus eritematosus sistemik, multiple sclerosis, psoriasis, dan penyakit Grave.

Hal yang memicu sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel tubuh sendiri masih merupakan misteri. Meskipun ada beberapa teori untuk menjelaskan hal tersebut, tetapi teori tersebut hanya benar terbukti untuk beberapa orang saja, dan ternyata tidak berlaku pada orang lain. Misalnya, zat-zat asing yang serupa dengan yang dihasilkan oleh tubuh secara alami dapat menjadi pemicu pada beberapa orang, tetapi sistem kekebalan tubuh orang lain akan tetap dapat membedakannya.

Penyebab Gangguan Autoimun

Penyebab pasti dari gangguan autoimun memang masih belum diketahui. Namun, para ahli percaya bahwa obat-obatan, virus, beberapa jenis bakteri, dan faktor genetik seseorang dapat menjadi penyebab kondisi tersebut.

Meskipun para ahli belum bisa menentukan penyebab pasti dari gangguan autoimun, tetapi hasilnya dapat dikenali. Jenis gangguan ini menyebabkan kerusakan jaringan tubuh, perubahan fungsi organ, atau perubahan dalam pembentukan organ.

Meskipun gangguan autoimun dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh, bagian-bagian yang paling terpengaruh adalah pembuluh darah, otot, sendi, jaringan ikat, kulit, sel darah merah, dan kelenjar endokrin.

Ada kalanya gangguan mempengaruhi lebih dari satu bagian tubuh. Bahkan, sangatlah mungkin bagi seseorang untuk terkena lebih dari satu gangguan autoimun pada saat yang sama.

Gejala Utama Gangguan Autoimun

Gejala gangguan autoimun bervariasi tergantung pada organ atau jaringan yang diserang oleh sistem kekebalan tubuh. Namun, gejala-gejala dari beberapa gangguan autoimun mungkin serupa, yang membuatnya sulit untuk mendiagnosa jenis gangguan dan memberikan pengobatan yang tepat.
Beberapa gejala yang paling umum adalah nyeri sendi, demam, ruam, kelelahan, dan perasaan sakit yang biasa. Jika sendi yang terkena dampak, maka akan kemungkinan bahwa pasien akan mengalami deformitas sendi juga.

Sebuah sistem kekebalan tubuh normal berfungsi dapat menyerang setiap organ dalam tubuh, termasuk jantung, otak, ginjal, dan paru-paru. Dalam beberapa kasus, hal itu dapat menyerang lebih dari satu organ. Jika hal ini terjadi, pasien akan menunjukan gejala yang lebih serius.

Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun adalah penyakit dimana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang jaringan sehat orang tersebut sendiri. Sistem kekebalan tubuh atau disebut sistem imun berfungsi untuk melindungi tubuh dari ‘ancaman’ yang dapat membahayakan tubuh seperti bakteri dan virus. Sistem imun pada penderita autoimun tidak bisa membedakan antara jaringan yang sehat dan ‘ancaman’, ‘self’ dan ‘nonself’. 

Sistem imunnya diaktifkan untuk melawan jaringan sehat penderitanya sendiri. Penyebab terjadinya kesilapan tersebut hingga saat ini belum diketahui meskipun beberapa teori telah diutarakan. Teori yang cukup sering diungkapkan adalah virus sebagai pemicu pada individu yang rentan secara genetik, namun hingga sekarang teori ini belum dapat dibuktikan betul. Hal ini bukan berarti penyakit autoimun adalah penyakit menular karena bukan virusnya yang menyerang dan menjadikan penyakit tapi memicu sistem imun menyerang sehingga menjadi penyakit. 

Kelainan genetik telah banyak dibuktikan terkait dengan penyakit autoimun, namun hanya menyebabkan kerentanan seseorang terkena penyakit autoimun, sebagai faktor risiko dan bukan sebagai pemicu. Adanya riwayat keluarga dengan penyakit autoimun bisa membantu mendukung diagnosis penyakit autoimun pada seorang individu yang dicurigai menderita penyakit autoimun meskipun tidak sama jenisnya.

Sabtu, 24 Desember 2016

DEFISIENSI IMUN




Defisiensi imun ialah fungsi system imun yang meurun atau tidak berfungsi dengan baik. Secara garis besar defisiensi imun dibagi menjadi dua golongan, yaitu defisiensi kongenital dan defisiensi imun dapatan.

Difesiensi imun congenital atau defisiensi imun primer disebabkan oleh kelainan respon imun bawaan yang dapat berupa kelainan dari system fagosit dan komplemen atau kelainan dalam deferensiasi fungsi limfosit. Sedangkan Defisiensi imun dapatan disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi virus yang dapat merusak sel limfosit, malnutrisi, penggunaan obat-obat sitotoksik dan kortikosteroid, serta akibat penyakit kanker seperti pengakit Hodgkin, leukemia, myeloma, limfositik kronik dal lain-lain.

Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem Imun tidak aktif, kemampuan sistem Imun untuk merespon patogen berkurang pada baik golongan muda dan golonga tua, respon imun berkurang pada usia 50 tahun, respon juga dapat terjadi karena penggunaan Alkohol dan narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk, namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum yang menyebabkan difisiensi imun di negara berkembang. Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibody, IgA dan produksi sitokin, Defisiensi nutrisi seperti zinc, Selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, B6 dan asam folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun.

Difisiensi imun juga dapat didapat dari chronic granulomatus disease (penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang), contohnya: Aids dan beberapa tipe kanker.

Defisiensi imun dapat dibagi menjadi :

1.      Defesiensi imun non spesifik.

a.       Defisiensi komplemen.

Berhubungan dengan peningkatan insiden infeksi atau penyakit autoimun Lupus Eritematosis Sistemik (LES). Defisiensi komplemen dapat menimbulkan berbagai akibat seperti infeksi bakteri yang rekuren, peningkatan sensitivitas terhadap penyakit autoimun. Kebanyakan defisiensi komplemen adalah herediter.

·         Defisiensi komplemen kongenital.

Biasanya mengakibatkan infeksi yang berulang atau penyakit kompleks imun seperti LES.

·         Defisiensi komplemen fisiologik.

Defisiensi Ck, C7, dan C8 menimbulkan peningkatan kerentanan terhadap septikemi meningokok dan gonokok oleh karena lisis melalui jalur komplemen merupakan mekanisme kontrol utama. Defisiensi komplemen fisiogenik hanya ditemukan pada neonatus yang disebabkan karena kadar C3, C5, dan faktor B yang masih rendah.

·         Defisiensi komplemen didapat.

Disebabkan oleh depresi sintesis, misalnya pada sirosis hati dan malnutrisi protein/kalori.

b.      Defisiensi interferon (IFN) dan lisozim.

·         Defisiensi IFN congenital.

 Dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatal.

·         Defisiensi IFN dan lisozim didapat.

Dapat ditemukan pada malnutrisi protein / kalori.

c.       Defisiensi NK.

·         Defisiensi kongenital.

Terjadi pada penderita dengan osteopetrosis (defek osteoklas dan monosit). Kadat IgG, IgA, dan kekerapak antibodi biasanya meningkat.

·         Defisiensi didapat.

Terjadi akibat imunosupresi atau radiasi.

d.      Defisiensi sistem fagosit.

Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau tampa bantuan komplemen. Defisiensi fagosit sering disertai dengan infeksi berulang.

·         Defisiensi kuantitatif.

Merupakan fenomena autoimun akibat pemberian obat tertentu yang dapat memacu produksi antibodi dan berfungsi sebagai opsonin neutrofil normal.

·         Defisiensi Kualitatif.

Dapat mengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis, menelan atau membunuh mikroba intraselular.

2.      Defisiensi Imun Spesipik.

a.       Defisiensi imun kongental atau primer.

·         Defisiensi imun primer B.

Dapat berupa gangguan perkembangan pada sel B. Berbagai akibat dapat ditemukan seperti tidak adanya semua Ig atau atu kelas atau subkelas. Penderita dengan defisiensi semua jenis IgG akan lebih mudah menjadi sakit dibanding dengan yang hanya menderita defisiensi Ig tertentu saja.

·         Defisiensi imun primer sel T.

Penderita dengan defisiensi sel T kongenital sangat rentan terhadap infeksi virus, jamur, dan protozoa. Oleh karena sel T juga berpengaruh pada sel B, maka defisiensi sel t disertai lupa gangguan produksi Ig yang nampak dan tidak adanya respons terhadap vaksinasi dan seringnya terjadi infeksi.

·         Defisiensi sel B dan dan sel.

b.      Defisiensi imun spesifik fisiologik.

a.       Kehamilan.

Defisiensi imun selular dapat ditemukan pada kehamilan. Keadaan ini mungkin diperlukan untuk kelangsungan hidup fetus yang merupakan allograft dengan antigen paternal.

b.      Usia tahun pertama.

Sistem imun pada usia satu tahun pertama sampai usia 5 tahun masih belum matang. Meskipu neonatus menunjukkan jumlah sel T yang tinggi, semuanya berupa sel naif dan tidak memberikan respons yang adekuat terhadap antigen.

c.       Usia lanjut.

Disebabkan oleh karena terjadi atrofi timus, fungsi timus menurun. Akibat invusi timus, jumlah sel T naif dan kualitas respons sel T makin berkurang. Jumlah sel T memori meningkat tetapi mungkin sulit untuk berkembang.