Sabtu, 24 Desember 2016

DEFISIENSI IMUN




Defisiensi imun ialah fungsi system imun yang meurun atau tidak berfungsi dengan baik. Secara garis besar defisiensi imun dibagi menjadi dua golongan, yaitu defisiensi kongenital dan defisiensi imun dapatan.

Difesiensi imun congenital atau defisiensi imun primer disebabkan oleh kelainan respon imun bawaan yang dapat berupa kelainan dari system fagosit dan komplemen atau kelainan dalam deferensiasi fungsi limfosit. Sedangkan Defisiensi imun dapatan disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi virus yang dapat merusak sel limfosit, malnutrisi, penggunaan obat-obat sitotoksik dan kortikosteroid, serta akibat penyakit kanker seperti pengakit Hodgkin, leukemia, myeloma, limfositik kronik dal lain-lain.

Defisiensi Imun muncul ketika satu atau lebih komponen sistem Imun tidak aktif, kemampuan sistem Imun untuk merespon patogen berkurang pada baik golongan muda dan golonga tua, respon imun berkurang pada usia 50 tahun, respon juga dapat terjadi karena penggunaan Alkohol dan narkoba adalah akibat paling umum dari fungsi imun yang buruk, namun, kekurangan nutrisi adalah akibat paling umum yang menyebabkan difisiensi imun di negara berkembang. Diet kekurangan cukup protein berhubungan dengan gangguan imunitas selular, aktivitas komplemen, fungsi fagosit, konsentrasi antibody, IgA dan produksi sitokin, Defisiensi nutrisi seperti zinc, Selenium, zat besi, tembaga, vitamin A, C, E, B6 dan asam folik (vitamin B9) juga mengurangi respon imun.

Difisiensi imun juga dapat didapat dari chronic granulomatus disease (penyakit yang menyebabkan kemampuan fagosit untuk menghancurkan fagosit berkurang), contohnya: Aids dan beberapa tipe kanker.

Defisiensi imun dapat dibagi menjadi :

1.      Defesiensi imun non spesifik.

a.       Defisiensi komplemen.

Berhubungan dengan peningkatan insiden infeksi atau penyakit autoimun Lupus Eritematosis Sistemik (LES). Defisiensi komplemen dapat menimbulkan berbagai akibat seperti infeksi bakteri yang rekuren, peningkatan sensitivitas terhadap penyakit autoimun. Kebanyakan defisiensi komplemen adalah herediter.

·         Defisiensi komplemen kongenital.

Biasanya mengakibatkan infeksi yang berulang atau penyakit kompleks imun seperti LES.

·         Defisiensi komplemen fisiologik.

Defisiensi Ck, C7, dan C8 menimbulkan peningkatan kerentanan terhadap septikemi meningokok dan gonokok oleh karena lisis melalui jalur komplemen merupakan mekanisme kontrol utama. Defisiensi komplemen fisiogenik hanya ditemukan pada neonatus yang disebabkan karena kadar C3, C5, dan faktor B yang masih rendah.

·         Defisiensi komplemen didapat.

Disebabkan oleh depresi sintesis, misalnya pada sirosis hati dan malnutrisi protein/kalori.

b.      Defisiensi interferon (IFN) dan lisozim.

·         Defisiensi IFN congenital.

 Dapat menimbulkan infeksi mononukleosis yang fatal.

·         Defisiensi IFN dan lisozim didapat.

Dapat ditemukan pada malnutrisi protein / kalori.

c.       Defisiensi NK.

·         Defisiensi kongenital.

Terjadi pada penderita dengan osteopetrosis (defek osteoklas dan monosit). Kadat IgG, IgA, dan kekerapak antibodi biasanya meningkat.

·         Defisiensi didapat.

Terjadi akibat imunosupresi atau radiasi.

d.      Defisiensi sistem fagosit.

Fagosit dapat menghancurkan mikroorganisme dengan atau tampa bantuan komplemen. Defisiensi fagosit sering disertai dengan infeksi berulang.

·         Defisiensi kuantitatif.

Merupakan fenomena autoimun akibat pemberian obat tertentu yang dapat memacu produksi antibodi dan berfungsi sebagai opsonin neutrofil normal.

·         Defisiensi Kualitatif.

Dapat mengenai fungsi fagosit seperti kemotaksis, menelan atau membunuh mikroba intraselular.

2.      Defisiensi Imun Spesipik.

a.       Defisiensi imun kongental atau primer.

·         Defisiensi imun primer B.

Dapat berupa gangguan perkembangan pada sel B. Berbagai akibat dapat ditemukan seperti tidak adanya semua Ig atau atu kelas atau subkelas. Penderita dengan defisiensi semua jenis IgG akan lebih mudah menjadi sakit dibanding dengan yang hanya menderita defisiensi Ig tertentu saja.

·         Defisiensi imun primer sel T.

Penderita dengan defisiensi sel T kongenital sangat rentan terhadap infeksi virus, jamur, dan protozoa. Oleh karena sel T juga berpengaruh pada sel B, maka defisiensi sel t disertai lupa gangguan produksi Ig yang nampak dan tidak adanya respons terhadap vaksinasi dan seringnya terjadi infeksi.

·         Defisiensi sel B dan dan sel.

b.      Defisiensi imun spesifik fisiologik.

a.       Kehamilan.

Defisiensi imun selular dapat ditemukan pada kehamilan. Keadaan ini mungkin diperlukan untuk kelangsungan hidup fetus yang merupakan allograft dengan antigen paternal.

b.      Usia tahun pertama.

Sistem imun pada usia satu tahun pertama sampai usia 5 tahun masih belum matang. Meskipu neonatus menunjukkan jumlah sel T yang tinggi, semuanya berupa sel naif dan tidak memberikan respons yang adekuat terhadap antigen.

c.       Usia lanjut.

Disebabkan oleh karena terjadi atrofi timus, fungsi timus menurun. Akibat invusi timus, jumlah sel T naif dan kualitas respons sel T makin berkurang. Jumlah sel T memori meningkat tetapi mungkin sulit untuk berkembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar