Pengertian
Komponen Darah
Darah adalah cairan yang ada pada manusia sebagai
alat transportasi berfungsi untuk mengirimkan zat-zat dan oksigen yang
dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme,
dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri.
Komponen darah :
a. Plasma
Darah (Bagian Cair Darah).
Plasma
darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta mempengaruhi
sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana
kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9%
mineral, oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti
lemak, kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.
b. Korpuskuler
(Bagian Padat Darah).
Korpuskuler
terdiri dari tiga bagian:
·
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel
darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani yaitu,
erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel. Sel darah merah
memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan
pula zat besi, sehinnga diperlukan diet seimbang zat besi. Di dalam tubuh banyaknya sel darah
merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah
merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka keadaan ini disebut animea, yang
biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan
tempat pembuatan eritrosit terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia
adalah bikonkaf atau berbentuk piringan pipih seperti donat.
Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 µm dan tebalnya
sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya yang
terdapat pada tubuh manusia. Jumlah sel darah merah adalah jumlah yang paling
banyak dibandingkan jumlah sel darah lainnya. Secara normal, di dalam darah
seorang laki-laki dewasa terdapat 25
trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3)
darah trdapat 5 juta sel darah merah.
Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per miliketer kubiknya sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan
selama 120 hari. Proses dimana eritrosit diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang
rusak akhirnya akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan
limpa. Sebagian besar sel yang rusak dihancurkan oleh limpa dan yang lolos akan
dihancurkan oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang
kemudian diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk membentuk sel darah
merah yang baru. Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan laju
produksi sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO) yang disintesa
ginjal. Hormon ini sering digunakan para atlet dalam suatu pertandingan sebagai
doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang
berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua darah
yang beredar.
·
Sel Darah Putih (Leukosit).
Sel
darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah. Namun jumlah
sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada orang dewasa
setiap 1 mm3 darah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih. Tidak
seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus).
Sebagian besar sel darah putih bisa
bergerak seperti Amoeba dan dapat
menembus dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah,
kelenjar limfa, dan limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri,
antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid), berinti, dan
ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.
·
Keping Darah (Trombosit).
Dibandingkan
dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang paling kecil,
bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat di
dalam sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek. Setiap 1
mm3 darah terdapat 200.000 – 300.000 butir keping darah. Trombosit
yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis,
sedangkan apabila kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu bertahan 8 hari.
Fungsi
Komponen Darah
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair
darah) dan 45% Korpuskuler (bagian padat darah).
a. Plasma
Darah (Bagian Cair Darah).
Plasma darah merupakan cairan darah
yang berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh
bagian tubuh manusia, dan mengangkut zat sisa metabolisme dari sel-sel tubuh
atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ pengeluaran.
Di
dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:
·
Albumin berfungsi untuk memelihara
tekanan osmotik.
·
Globulin berfungsi untuk membentuk zat
antibody.
·
Fibrinogen adalah sumber fibrin yang
berfungsi dalam proses pembekuan darah.
Skema
susunan darah manusia, disebutkan bahwa plasma darah terdiri atas serum dan
fibrinogen. Seperti yang telah dijelaskan diatas, fibrinogen adalah sumber
fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah, sedangkan serum
adalah suatu cairan berwarna kuning. Serum berfungsi sebagai penghasil
zat antibodi yang dapat membunuh bakteri atau benda asing yang masuk ke dalam
tubuh kita.
b. Korpuskuler
(Bagian Padat Darah).
Korpuskuler
terdiri dari tiga bagian:
·
Sel Darah Merah (Eritrosit).
Eritrosit merupakan bagian sel darah
yang mengandung hemoglobin (Hb).
Hemoglobin adalah biomolekul yang mengikat oksigen. Sedangkan darah yang
berwarna merah cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada
saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan
mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira 11,5-15
gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%.
·
Sel Darah Putih (Leukosit).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri,
antara lain tidak berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid), berinti, dan
ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.
Berdasarkan
ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
1. Neutrofil.
Neutrofil adalah sel darah putih yang paling
banyak yaitu sekitar 60%. Plasmanya bersifat netral, inti selnya banyak dengan
bentuk yang bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan. Neutrofil bertugas
untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula bakteri
dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk
mencegah bakteri berkembang biak serta menghancurkannya.
2. Eosinofil.
Eosinofil
adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya sekitar 5%.
Eosinofil akan bertambah jumlahnya apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh
cacing. Plasmanya bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan menjadi merah
tua apabila ditetesi dengan eosin. Eosinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi
dari eosinofil adalah untuk memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia,
dan membuang sisa-sisa sel yang rusak.
3. Basofil.
Basofil
adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan. Jumlahnya hanya sekitar 1%.
Plasmanya bersikap basa, itulah sebabnya apabila basofil ditetesi dengan
larutan basa, maka akan berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis.
Selain itu, basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan yang disebut
heparin.
·
Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit).
1. Limfosit.
Limfosit
adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya hampir bundar dan
terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit besar. 20% sampai 30% penyusun
sel darah putih adalah limfosit. Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti
satu. Berfungsi sebagai pembentuk antibodi.
2. Monosit.
Monosit
adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan berbentuk bulat atau
bulat panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat fagosit.
·
Keping Darah (Trombosit).
Pada
saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi kasar. Jika
trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan pecah.
Pecahnya trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase yang
terkandung di dalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan mineral kalsium (Ca)
dan vitamin K yang terdapat di dalam tubuh dapat mengubah protombin menjadi
trombin. Selanjutnya, trombin merangsang fibrinogen untuk membuat fibrin atau
benang-benag. Benang-benang fibrin segera membentuk anyaman untuk menutup luka
sehingga darah tidak keluar lagi.
Kelainan
Komponen darah
Komponen darah dalam tubuh manusia dalam menjalankan tugasnya terkadang
mengalami gangguan yang dapat menghambat kinerja komponen itu sendiri. Berikut
adalah beberapa gangguan dari komponen darah :
a. Eritrosit.
·
Polisitemia.
Polisitemia adalah suatu keadaan
dimana terjadi peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah
merah yang berlebihan oleh sumsum tulang.Polisitemia adalah suatu kondisi yang
jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah. Ada
dua jenis utama polisitemia: polisitemia vera dan polisitemia sekunder. Penyebab,
gejala, dan perawatan dari dua kondisi yang berbeda-beda. Polisitemia Vera
lebih serius dan dapat mengakibatkan komplikasi kritis lebih dari polisitemia
sekunder. Sel darah tubuh diproduksi di sumsum tulang ditemukan di beberapa
tulang, seperti
tulang paha.
Biasanya produksi sel darah diatur
oleh tubuh sehingga jumlah sel darah baru dibuat untuk menggantikan sel-sel
darah yang lama karena mereka mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak normal
karena berbagai penyebab dan menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan
kadang-kadang sel-sel darah lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.
·
Anemia.
Anemia adalah keadaan saat jumlah sel
darah merah atau jumlah hemoglobin protein pembawa oksigen dalam sel darah
merah berada di bawah normal.
Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai berikut :
1. Menurunnya kualitas serta kuantitas hemoglobin sel darah
merah karena kekurangan zat besi (Fe).
2. Kerusakan sel
darah merah.
3. Adanya zat-zat
penghambat penyerapan zat besi, seperti asam fitat, asam oksalat dan tannin.
4. Gangguan-gangguan
secara fisik.
5. Kemungkinan terdapatnya parasit di dalam tubuh.
·
Leukosit.
1. Leukimia.
Leukimia
adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik dari
sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutasi somatik sel bakal
(stem cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukimia.
Penyakit kanker darah (leukimia)
menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun, penanganan kanker pada
anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari 60% anak penderita
kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.
Leukimia merupakan keganasan
hemopoietik yang mengakibatkan proliferasi klon yang abnormal dan sel bakal
mengalami transformasi leukimia, terjadi kelainan pada diferensiasi dan
pertumbuhan dari sel limfoid dan mieloid.
2.
Leukopenia.
Leukopenia adalah
penyakit sekunder yang merupakan suatu keadaan penurunan jumlah sel darah,
dimana terjadi bila total leukosit pada pembuluh darah peripheral turun
di bawah angka minimum normal untuk setiap spesies-spesies tertentu. Jumlah
normal leukosit pada anjing adalah 6,0–17,0 x 10³ sel/mm³. Keadaan penurunan
sel darah ini merupakan kejadian yang umum menyertai berbagai macam penyakit
pada hewan peliharaan. Penyebabnya pun bisa bermacam macam, bisa virus, maupun
karena bakteri.
·
Trombosit.
1.
Trombositosis.
Trombositosis
adalah gangguan di mana tubuh memproduksi terlalu banyak platelet (trombosit),
yang memainkan peranan penting dalam pembekuan darah. Kelainan ini disebut trombositosis
reaktif ketika disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya, misalnya infeksi.
Trombositosis
juga dapat disebabkan oleh penyakit darah dan sumsum tulang. Bila disebabkan
oleh gangguan sumsum tulang, trombositosis disebut trombositosis otonom, primer,
esensial trombositosis, atau esensial trombositemia.
Trombositosis
reaktif jarang menyebabkan gejala. Tanda dan gejala yang timbul seringkali
berhubungan dengan kondisi yang mendasarinya. Jika gejala trombositosis reaktif
memang terjadi, mereka mungkin termasuk :
a. Sakit
kepala.
b. Pusing.
c. Nyeri
dada.
d. Rasa
lemah.
e. Pingsan.
f. Perubahan
pandangan/visi mata (sementara).
g. Mati
rasa atau kesemutan pada tangan dan kaki.
2.
Trombositopenia.
Trombositopenia
adalah suatu kekurangan trombosit yang merupakan bagian dari pembekuan darah.Pada orang normal jumlah trombosit
di dalam sirkulasi berkisar antara 150.000-450000/ul, rata-rata berumur 7-10
hari kira-kira 1/3dari jumlah trombosit di dalam sirkulasi darah mengalami
penghancuran di dalam limpa oleh karena itu untuk mempertahankan jumlah
trombosit supaya tetap normal di produksi 150.000-450000sel trombosit per hari.
Jika jumlah trombosit kurang dari 30.000/mL, bisa terjadi perdarahan abnormal meskipun
biasanya gangguan baru timbul jika jumlah trombosit mencapai kurangdari
10.000/mL.
Trombositopenia
dapat bersifat kongenital atau di dapat, dan terjadi akibat penurunan
reproduksi trombosit, seperti pada anemia aplastik, mielofibrosis,terapi radiasi
atau leukimia, peningkatan penghancuran trombosit, seperti pada infeksi
tertentu ; toksisitas obat,atau koagulasi intravaskuler, diseminasi distribusi
abnormal atau sekuestrasi pada limpa,atau trombositopenia dilusional setelah
hemoragi atau tranfusi sel darah merah.
3. Hemofilia.
Hemofilia adalah kelainan perdarahan
yang disebabkan adanya kekurangan salah satu faktor pembekuan darah. Hemofilia
terdiri dari 2 jenis dan seringkali disebut dengan “The Royal Diseases” atau
penyakit kerajaan. Untuk kewaspadaan medis, penderita hemofilia harus mengenak
gelang atau kalung penanda hemofilia.
Hemolia adalah penyakit gangguan
pembekuan darah dan diturunkan oleh melalui kromosom X. Penyakit ini ditandai
dengan perdarahan spontan yang berat dan kelainan seni yang nyeri dan menahun.
Hemofilia lebih banyak terjadi pada laki-laki, karena mereka hanya mempunyai
satu kromosom X. Sedangkan perempuan umumnya menjadi pembawa sifat (carrier).
Namun perempuan bisa juga menderita hemofilia jika pria hemofilia menikah dengan
wanita carrier hemofilia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar